Jumat, 12 September 2014

FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN


LAPORAN PRAKTIKUM 2
EKOLOGI
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN
Disusun untuk memenuhi tugas individu dalam praktikum Ekologi
Dosen pengampu        :  Dr. Dewi Cahyani, M.Pd




Di susun Oleh :
Nama                    : Fajar Permana
NIM                      : 14111610016
Kelompok             :  2
Kelas/semester      :  Biologi A/5
Asisten Praktikum: Muh. Sofwatun Halim
                                Siti Nurhalimah

LABORATORIUM IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon
2013

Acara Praktikum 2
Factor-faktor Lingkungan
A.    Tujuan Praktikum
Mempelajari perbedaan pertumbuhan atanaman yang disimpan di rumah kaca dengan tempat terbuka (factor lingkungan berbeda).
B.     Landasan Teori
Pengertian lingkungan adalah tempat dimana suatu makhluk hidup hidup itu tumbuh dimana meliputi unsure-unsur penting seperti tanah, air dan udara. Lingkungan sendiri memiliki arti penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup, misalnya lingkungan hutan dimana setiap tumbuhan dan hewan bias hidup dengan bebas untuk mencari makan, bias juga dengan lingkungan perkotaan dimana unsure bangunan sangat kental di dalamnya. Saat lingkungan rusak dan ekosistem hancur maka keseimbangan anatara kehidupan dan dengan kehidupan lainnya akan berubah, hal ini memeberikan dampak negative bagi setiap makhluk hidup yang ada disekitarnya.
Untuk mempelajari pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan organism, maka perlu dilakukan penggolongan factor-faktor lingkungan tersebut.
Factor-faktor lingkungan yang dapat digolongkan menjadi factor biotic dan abiotik. Factor lingkungan abiotik terdiri dari tanah, air udara-angin, cahaya, dan sebagainya. Sedangkan factor biotic terdiri atas organism hidup di luar lingkungan biotik yaitu manusia, tumbuhan, hewan dan mikroorganisme (Chambell. 2004)
Kondisi udara yang berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan disebut mikroklimat. Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil mikroklimat dapat menyebabkan adanya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen mikroklimat tersebut antara lain temperatur udara, kelembaban udara, intensitas cahaya dan kecepatan angin.
Pengukuran temperatur dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kuantitatif dinyatakan dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau kilogram kalori sedangkan pengukuran kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, Reamur atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan alat termometer. Termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau pengerutan suatu zat padat ataucairan akibat pemanasan atau pendinginan. Zat cair yang digunakan adalah air raksa ataualkohol yang diberi warna agar mempermudah dalam pembacaan. Penamaan termometer disesuaikan dengan zat cair yang digunakan, misalnya termometer air raksa atau termometer alkohol.
Kelembaban udara menandakan sejumlah uap air yang terkandung di udara atau atmosfer, biasanya dinyatakan dalam berat uap air untuk setiap volume udara tertentu.Berdasarkan perhitungan di atas, maka setiap suhu tertentu di tempat yang sama akan memberikan harga kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban yang umum dipergunakan adalah kelembaban udara relatif, yaitu berdasarkan perbandingan tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan tekanan uap air jenuh pada suhu yang bersamaan.
Alat yang dipergunakan untuk menentukan kelembaban udara relatif (relative humidity) adalah sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua termometer. Termometer pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan termometer yang kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian bawah termometer dilengkapi dengan kainyang dibasahi air. Berdasarkan bacaan dari kedua termometer tersebut, nilai kelembaban relatif dapat ditentukan dengan menggunakan tabel konversi tertentu, misalnya tabel dari Taylor. Pada sling psychrometer tipe tertentu nilai kelembaban dapat langsung dibaca pada alat.
Intensitas dan lamanya radiasi sinar matahari tidak hanya mempengaruhi variabel atmosfer seperti suhu, kelembaban dan angin, tetapi juga memengaruhi jumlah energi untuk produksi bagi hewan dan tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan Light Meter atau Lux Meter.
Angin adalah gerakan atau perpindahan masa udara pada arah horizontal yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara dari satu tempat dengan tempat lainnya. Angin diartikan pula sebagai gerakan relatif udara terhadap permukaan bumi, pada arah horizontal atau hampir horinzontal. Masa udara ini mempunyai sifat yang dibedakan antara lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga dikenal adanya angin basah, angin kering dan sebagainya.
Tanah merupakan sebuah badan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk akibat aktivitas iklim dan organisme serta materi organik hasil proses dekomposisi yang mampu mendukung kehidupan. Komponen penyusun tanah terdiri dari partikel mineral, bahan organik, air dan udara.
Pada ekosistem terestrial, tanah merupakan faktor lingkungan abiotik yang amat penting. Tanah merupakan substrat alami bagi tumbuhan, habitat bagi detrivora dan mikroba. Didalamnya mineral dan zat organik terkumpul. Akan tetapi hal tersebut tidak termanfaatkan bila kondisi fisika-kimia tanah diluar toleransi organisme yang ada didalamnya atau diatasnya. Faktor fisika-kimia tanah mempengaruhi sebaran organisme tanah baik secara vertikal (hewan tanah dan mikroba) maupun horizontal (vegetasi). Oleh karenanya dalam analisis elosistem terestrial dipandang perlu untuk mengumpulkan data fisika-kimia tanah.
Kandungan air tanah secara kuantitatif dapat ditentukan dengan menghitung jumlah air yang terkandung didalam tanah dengan berat segar tertentu. Kandungan air dapat dinyatakan sebagai persentase air terhadap berat segar tanah.
Kandungan Organik dan Mineral (Anorganik) Total Tanah, Zat organik umumnya berasal dari proses pelapukan/penguraian serasah pada lapisan teratas tanah. Secara teoritis palisan yang kaya zat organiknya adalah lapisan humus. Penentuan kandungan organik dan anorganik tanah yang paling sederhana adalah dengan cara pengabuan.
pH tanah adalah faktor kimia tanah penting yang menggambarkan sifat asam atau basa tanah. Nilai pH tanah adalah nilai negatif logaritma dari aktivitas ion hidrogen tanah. Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya jenis batuan induk, tipe vegetasi dan aktivitas pemupukan. pH tanah menentukan kelarutan unsur-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan memengaruhi ketersediaan unsur-unsur hara bagi tumbuhan. Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan pH-meter elektronik, soil tester dan kertas pH universal (Sambas. 2003).
Selain penentuan secara kuantitatif, tekstur tanah dapat pula ditentukan secara cepat dilapangan secara kualitatif berdasarkan pilinan jari. Cara ini sangat umum dilakukan dalam survei lapangan karena mudah dan praktis. Caranya adalah dengan memilin sejumlah cuplikan tanah diantara telunjuk dan ibu jari, kemudian berdasarkan berbagai kriteria, salah satunya kriteria dari Clark, tekstur tanah tersebut dianalisis.
Tekstur tanah ada lima kriteria diantaranya : Tanah pasir, butiran terasa keras dan lepas satu sama lain, tidak dapat dibentuk dalam keadaan kering, partikel-partikelnya terlepas. Tanah pasir berlumpur, sulit dibentuk, pada tangan memberi warna  lemah, masih dapat dirasakan adanya butiran kasar. Tanah lumpur berpasir, dapat dibentuk dengan baik, dapat dipilin sampai sebesar hitamnya karbon pinsil. Sangat nyata memberi warna pada jari tangan. Tanah lumpur, dapat dibentuk dengan baik, lengket pada sendok, dengan kuku tidak meninggalkan bekas mengkilat tapi terlihat sedikit kasar, memberi warna pada tangan. Dan Tanah liat, sangat lengket dan licin, dengan kuku bekasnya mengkilat, bila kering merekah (Hanun. 2009)
C.      Alat dan Bahan
1.      Bahan tanaman : biji jagung, kacang hijau.
2.      Alat: pot plastic berisi tanah/ polibag, embrat, thermometer tanah, thermometer udara.
D.      Prosedur Kerja
1.    Menyediakan 2 pot plastic/ polibag yang sudah berisi tanah secukupnya.
2.    Dimilih biji jagung yang baik dan rendam dalam air selama 1 jam.
3.    Ditanam biji jagung pada pot plastic/ polibag, masing-masing dengan jumlah biji 2/4 tergantung ukuran pot plastic/ polibag dengan dua / tiga ulangn.
4.    Disimpan masing-masing pot di dalam rumah kaca dan pot lainnya dengan perlakuan jumlah biji yang di tanam sama di lingkungan luar rumah kaca (alam terbuka).
5.    Pada pot yang disimpan di rumah kaca melakukan penyiraman setiap hari, sedangkan yang ditempat terbuka tidak perlu disiram(dibiarkan secara alami).
6.    Dilakukan pengamatan setiap hari sampai tanaman berumur ± 2 minggu dan ukur tinggi serta biomassa tanaman setelah ± 2 minggu pengamatan.
7.    Dibandingkan bobot dan tinggi tanaman yang ditanam dirumah kaca dengan tanaman yang ditanam ditempat terbuka.
8.    Dicatat data faktor lingkungan (temperature udara, RH, cahaya) yang ada dirumah kaca dan tempat terbuka (data sekunder).

E.  DATA PENGAMATAN
Tabel.1 Pertumbuhan Benih Kacang Hijau
No
Hari/ tanggal
Tinggi Tanamanan
Suhu
Kelembaban
Suhu Tanah
Observasi
TT
RP
TT
RP
TT
RP
TT
RP
1
Senin, 11/11/13
0 cm
0 cm
34oC
33oC
56%
72%
31oC
30oC
Semua Obvtr
2
Selasa, 12/11/13
2 cm
3 cm
34oC
33oC
54%
70%
31oC
30oC
Aan Darwati
3
Rabu, 13/11/13
3 cm
5 cm
34oC
33oC
54%
69%
32oC
31oC
Eli Tarli
4
Kamis, 14/11/13
4 cm
7 cm
35oC
34oC
53%
68%
33oC
32oC
Eti Purnati
5
Jumat, 15/11/13
6 cm
9 cm
34oC
33oC
54%
71%
32oC
31oC
Aef Saiful. I
6
Sabtu, 16/11/13
12 cm
20 cm
34oC
32oC
54%
69%
31oC
30oC
Fd. Yugni
7
Mggu, 17/11/13
18 cm
24 cm
33oC
32oC
55%
70%
30oC
29oC
Eli tarli
8
Senin, 18/11/13
20 cm
26 cm
34oC
33oC
54%
68%
31oC
30oC
Aan Darwati
9
Selasa¸ 19/11/13
21 cm
28 cm
35oC
34oC
53%
67%
33oC
32oC
Eli Tarli
10
Rabu, 20/11/13
23 cm
30 cm
34oC
32oC
54%
69%
31oC
30oC
Eti Purnati
11
Kamis, 21/11/13
25 cm
32 cm
34oC
32oC
54%
69%
31oC
30oC
Aef Saiful. I
12
Jumat, 22/11/13
27 cm
33 cm
35oC
34oC
53%
68%
33oC
32oC
Fd. Yugni
13
Sabtu, 23/11/13
28 cm
35 cm
34oC
33oC
54%
69%
32oC
31oC
Fajar. P
14
Mggu, 24/11/13
30 cm
37 cm
35oC
34oC
53%
68%
33oC
32oC
Eli Tarli

Keterangan;
            TT = Tempat Terbuka
            RP = Rumah Plastik
F.   Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai factor-faktor lingkungan.  Pengaruh perbedaan lingkungan tempat tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman. Adapun bahan dan alat yang kita gunakan dalam praktikum diantaranya : bahan tanaman : biji jagung, kacang hijau dan alat: pot plastic berisi tanah/ polibag, embrat. Sampel yang kami dapat yaitu dengan menggunakan kacang hijau yang ditanam dalam 2 polibag yang diletakkan pada tempat yang berbeda. Polibag pertama diletakkan ditempat terbuka tanpa dilakukan penyiraman dan polibag kedua diletakkan di  rumah plastic (RP) dengan penyiraman secara rutin tiap harinya.
Tanaman secara umum akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi lingkungan yang favourable (menguntungkan) sesuai dengan kebutuhan tanaman berdasarkan karakter sifat internal dari tanaman tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu tanaman dalam melangsungkan aktifitas hidupnya sangat ditentukan oleh kelangsungan interaksi (saling mempengaruhi)  dari faktor eksternal dan faktor internal. Tetapi perlu diketahui bahwa disisi lain kondisi lingkungan di berbagai permukaan bumi sangat bervariasi dan belum tentu sama antara lokasi yang satu dengan lokasi lainnya. Jangankan pada suatu lokasi berbeda terkadang pada satu lokasi yang samapun kondisi lingkungan bisa menjadi bervariasi dari waktu ke waktu, hal ini bisa saja terjadi karena adanya perubahan-perubahan secara ekologis (Djamal. 2007)
Hasil yang didapat dari perkecambahan dua polibag ini menunjukan hasil yang berbeda. Kacang hijau yang ditanam di rumah plastic (RP)  memiliki pertumbuhan yang lebih cepat di sehingga kacang yang di tanam lebih panjang dibandingkan dengan kacang yang ditanam pada tempat terbuka, perbedaan pertumbuhannya dapat dilihat pada data pengamatan. Pada 3 hari pertama pertumbuhan kacang hijau pada rumah plastic (RP) menunjukan tinggi 5cm dengan suhu ruang 33oC sedangkan suhu tanah 30oC dan kelembaban udara hingga 72% berbeda dengan pertumbuhan kacang hijau di tempat tertutup (TT) yang menunjukan tinggi kacang hijau 3cm dengan suhu ruang 34oC sedangkan suhu tanah 31oC dan kelembabannya 56%. Pada minggu pertama pertumbuhan kacang hijau pada rumah plastic (RP) menunjukan tinggi 24 cm dengan suhu ruang 32oC sedangkan suhu tanah 29oC dan kelembaban udara mencapai 76% berbeda dengan pertumbuhan kacang hijau di tempat tertutup (TT) yang menunjukan tinggi kacang hijau 18 cm dengan suhu ruang 33oC sedangkan suhu tanah 30oC dan kelembabannya 59%., pada hari ini  menenunjukan tingkat kelembaban yang tinggi karena terjadi hujan ketika pagi sehingga kelembaban meningkat dan suhu tanahnya menurun  terutama pada tanaman ditempat terbuka.
Pengamatan media pada hari ke 11 menunjukkan pertumbuhan kacang hijau pada rumah plastic (RP) tingginya 32 cm dengan suhu ruang 32oC sedangkan suhu tanah 30oC dan kelembaban udara hingga 69% berbeda dengan pertumbuhan kacang hijau di tempat tertutup (TT) yang menunjukan tinggi kacang hijau 25 cm dengan suhu ruang 34oC sedangkan suhu tanah 33oC dan kelembabannya 54%. Sedangkan pada minggu kedua pertumbuhan kacang hijau pada rumah plastic (RP) menunjukan tinggi hingga mencapaai 37 cm dengan suhu ruang 34oC sedangkan suhu tanah 31oC dan kelembaban udara hingga 69% berbeda dengan pertumbuhan kacang hijau di tempat tertutup (TT) yang menunjukan tinggi kacang hijau 30 cm dengan suhu ruang 35oC sedangkan suhu tanah 33oC dan kelembabannya 68%. Hal ini menunjukkan pertumbuhan kacang hijau dirumah plastic lebih cepat dibandingkan pertumbuhan kacang hijau pada tempat terbuka hal ini dikarenakan kacang hijau di rumah plastic (RP) mengalami pertumbuhan Etiostatis yaitu pertumbuhan secara cepat pada tanaman pada tempat gelap/tertutup, sehingga tanaman kacang pada rumah plastic (RP) lebih tinggi dibandingkan pada temapt tertutup (TT) akan tetapi batang kacang pada rumah plastic (RP) lebih lemas karena peristiwa etiostatis yang tidak terkena paparan sinar matahari secara langsung berbeda halnya jika dibandingkan dengan ditempat terbuaka (TT) yang pada batang kacang hijaunya berbentuk keras karena penyinaran matahari. Pertumbuhan lebih cepat pada kacang hijau di rumah plastik (RP) juga karenakan beberapa factor yaitu suhu ruang dan suhu tanah pada rumah plastic (RP) lebih rendah dan kelembaban udaranya lebih tinggi dibandingkan dengan tempat tertutup (TT) dan juga karena pada rumah plastic (RP) penyiraman airnya secara teratur sehingga tumbuhannya lebih subur dibandingkan dengan tanaman kacang pada tempat tertutup (TT) yang tidak disiram.
Pengaruh pertumbuhan  tanaman kacang hijau termasuk factor-faktor lingkungan. Adapun diantaranya factor-faktor lingkungan yang dapat digolongkan menjadi factor biotic dan abiotik. Factor lingkungan abiotik terdiri dari tanah, air, udara-angin, cahaya sedangkan factor biotic terdiri atas organisme hidup di luar lingkungan biotik (manusia, tumbuhan, hewan, mikroorganisme). Adapun dari factor manusia, tumbuhan, hewan, mikroorganisme ini bisa mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau. Contohnya hewan memakan tanaman kacang hijau otomatis pertumbuhannya terhambat ataupun dari factor biotic lainnya.
 Dari segi  tanah kalau ditempat terbuka kering sedangkan ditempat tertutup lembab hal ini karena penyinaran dari matahari jika dilihat dari segi air, Air ditempat tertutup masih ada penyimpanan di dalam tanah sedangkan terbuka cepat habis karena sinar matahari. Air dan tanah ini merupakan factor utama bagi media tanam karena tanam berperan alam ketersediaan unsur hara dan air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan karakteristik media terutama pada kandungan unsur hara lagi tanaman dan daya mengikat air tercermin pada porositas, kelembaban dan aerasi. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersebut adalah unsur hara esensial, unsur hara ini dibedakan atas dua kelompok yaitu unsur hara esensial makro dan esensial mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang paling banyak digunakan dan diperlukan oleh tanaman. Unsur hara tersebut adalah : Unsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), S (belerang), P (phosphor), K (kalium), Ca (kalsium), dan Mg (magnesium). Unsur hara esensial mikro dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil. Unsur tersebut adalah : Fe (besi), B (boron), Zn (seng), Cu (tembaga), Mo (molibden), Mn (mangan), Cl (klor), Na (natrium), I (yodium), Co (kobal), Al (aluminium).  (Resosoedarmo. 2006)
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau di rumah plastic (RP) dan tempat terbuka (TT) adalah intensitas cahaya, pada tempat terbuka lebih panas jika dibandingkan dengan rumah plastic (RP) yang tidak panas yang menguntungkan dalam rumah plastik (tertutup) yaitu diperkaya CO2 sementara di tempat terbuka tidak diperkaya CO2. Sementara Strain dan Cure menyusun Bibliographi literature mengenai pengayaan CO2 dan efeknya terhadap lingkungan dan tanaman yang lengkap. Dan hasil tanaman dalam rumah kaca (tertutup) dengan pengayaan CO2, dan terbukti hasil tanaman jagung dan kacang hijau tersebut meningkat dari pada jagung dan kacang hijau di tempat terbuka lebih rendah (Djamal Irwan. 2007).

G. KESIMPULAN
Berdasarkan data pengamatan dan penjabaran dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
Þ    Peletakan media tanam kacang hijau diletakkan pada Rumah Plastik (RP) dan Tempat Terbuka (TT) sebagai pembanding factor-faktor lingkungan terhadap pertumbuhan kacang hijau.
Þ    Pada media tanam Rumah Plastik mengalami pertumbuhan etiostatis sehingga tanamannya lebih tinggi karena berada ditempat gelap sehingga pembelahanya lebih cepat.
Þ    Batang tanaman kacang hijau pada tempat terbuka lebih keras karena factor penyinaran matahari sedangkan pada kacang hijau batangnya kurang keras karena tumbuh di temapat tertutup tanpa penyinaran matahari langsung.
Þ    Perbedaan kecepatan pertumbuhan antara kacang hijau yang ditanam pada rumah plastic dan tempat terbuka  juga karenakan factor biotic dan abiotik. Factor lingkungan abiotik terdiri dari tanah, air, udara-angin, cahaya sedangkan factor biotic terdiri atas organisme hidup di luar lingkungan biotik (manusia, tumbuhan, hewan, mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2004. Biologi campbell edisi kelima jilid III. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Djamal Irwan, Zoer’aini. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara

Hanum, Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press

Resosoedarmo, S., K. Kartawinata, A. Soegiarto. 2006. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Rosdakarya.

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar - Dasar Ekologi. Jakarta: UI Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar