LAPORAN PRAKTIKUM 2
EKOLOGI
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN
Disusun untuk memenuhi tugas individu dalam praktikum Ekologi
Dosen pengampu : Dr. Dewi Cahyani, M.Pd
Di susun Oleh :
Nama : Fajar Permana
NIM : 14111610016
Kelompok : 2
Kelas/semester : Biologi A/5
Asisten Praktikum: Muh. Sofwatun Halim
Siti Nurhalimah
LABORATORIUM IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon
2013
Acara
Praktikum 2
Factor-faktor
Lingkungan
A. Tujuan
Praktikum
Mempelajari perbedaan pertumbuhan atanaman
yang disimpan di rumah kaca dengan tempat terbuka (factor lingkungan berbeda).
B. Landasan
Teori
Pengertian
lingkungan adalah tempat dimana suatu makhluk hidup hidup itu tumbuh dimana
meliputi unsure-unsur penting seperti tanah, air dan udara. Lingkungan sendiri
memiliki arti penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup, misalnya lingkungan
hutan dimana setiap tumbuhan dan hewan bias hidup dengan bebas untuk mencari
makan, bias juga dengan lingkungan perkotaan dimana unsure bangunan sangat
kental di dalamnya. Saat lingkungan rusak dan ekosistem hancur maka
keseimbangan anatara kehidupan dan dengan kehidupan lainnya akan berubah, hal
ini memeberikan dampak negative bagi setiap makhluk hidup yang ada
disekitarnya.
Untuk
mempelajari pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan organism, maka perlu
dilakukan penggolongan factor-faktor lingkungan tersebut.
Factor-faktor
lingkungan yang dapat digolongkan menjadi factor biotic dan abiotik. Factor
lingkungan abiotik terdiri dari tanah, air udara-angin, cahaya, dan sebagainya.
Sedangkan factor biotic terdiri atas organism hidup di luar lingkungan biotik
yaitu manusia, tumbuhan, hewan dan mikroorganisme (Chambell. 2004)
Kondisi udara yang
berpengaruh atau berhubungan langsung dengan tumbuhan disebut mikroklimat.
Walaupun hanya dalam daerah yang sangat kecil mikroklimat dapat menyebabkan
adanya variasi dalam tipe dan komposisi tumbuhan. Komponen mikroklimat tersebut
antara lain temperatur udara, kelembaban udara, intensitas cahaya dan kecepatan
angin.
Pengukuran temperatur dapat
dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengukuran kuantitatif dinyatakan
dalam satuan kalori yaitu gram kalori atau kilogram kalori sedangkan pengukuran
kualitatif dinyatakan dalam satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, Reamur
atau Kelvin. Pengukuran secara kualitatif dilakukan dengan alat termometer.
Termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian atau pengerutan suatu zat padat
ataucairan akibat pemanasan atau pendinginan. Zat cair yang digunakan adalah
air raksa ataualkohol yang diberi warna agar mempermudah dalam pembacaan.
Penamaan termometer disesuaikan dengan zat cair yang digunakan, misalnya
termometer air raksa atau termometer alkohol.
Kelembaban udara menandakan
sejumlah uap air yang terkandung di udara atau atmosfer, biasanya dinyatakan
dalam berat uap air untuk setiap volume udara tertentu.Berdasarkan perhitungan
di atas, maka setiap suhu tertentu di tempat yang sama akan memberikan harga
kelembaban tertentu yang disebut kelembaban absolut. Kelembaban yang umum
dipergunakan adalah kelembaban udara relatif, yaitu berdasarkan perbandingan
tekanan uap air di udara pada waktu pengukuran dengan tekanan uap air jenuh
pada suhu yang bersamaan.
Alat yang dipergunakan
untuk menentukan kelembaban udara relatif (relative humidity)
adalah sling psychrometer. Alat ini menggunakan dua termometer.
Termometer pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan termometer
yang kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh karena pada bagian
bawah termometer dilengkapi dengan kainyang dibasahi air. Berdasarkan bacaan
dari kedua termometer tersebut, nilai kelembaban relatif dapat ditentukan
dengan menggunakan tabel konversi tertentu, misalnya tabel dari Taylor.
Pada sling psychrometer tipe tertentu nilai kelembaban dapat
langsung dibaca pada alat.
Intensitas dan lamanya
radiasi sinar matahari tidak hanya mempengaruhi variabel atmosfer seperti suhu,
kelembaban dan angin, tetapi juga memengaruhi jumlah energi untuk produksi bagi
hewan dan tumbuhan. Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan
menggunakan Light Meter atau Lux Meter.
Angin adalah gerakan atau
perpindahan masa udara pada arah horizontal yang disebabkan oleh perbedaan
tekanan udara dari satu tempat dengan tempat lainnya. Angin diartikan pula
sebagai gerakan relatif udara terhadap permukaan bumi, pada arah horizontal
atau hampir horinzontal. Masa udara ini mempunyai sifat yang dibedakan antara
lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga dikenal adanya angin basah,
angin kering dan sebagainya.
Tanah merupakan sebuah
badan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk akibat aktivitas iklim
dan organisme serta materi organik hasil proses dekomposisi yang mampu
mendukung kehidupan. Komponen penyusun tanah terdiri dari partikel mineral,
bahan organik, air dan udara.
Pada ekosistem terestrial,
tanah merupakan faktor lingkungan abiotik yang amat penting. Tanah merupakan
substrat alami bagi tumbuhan, habitat bagi detrivora dan mikroba. Didalamnya
mineral dan zat organik terkumpul. Akan tetapi hal tersebut tidak termanfaatkan
bila kondisi fisika-kimia tanah diluar toleransi organisme yang ada didalamnya
atau diatasnya. Faktor fisika-kimia tanah mempengaruhi sebaran organisme tanah
baik secara vertikal (hewan tanah dan mikroba) maupun horizontal (vegetasi).
Oleh karenanya dalam analisis elosistem terestrial dipandang perlu untuk
mengumpulkan data fisika-kimia tanah.
Kandungan air tanah secara
kuantitatif dapat ditentukan dengan menghitung jumlah air yang terkandung
didalam tanah dengan berat segar tertentu. Kandungan air dapat dinyatakan
sebagai persentase air terhadap berat segar tanah.
Kandungan
Organik dan Mineral (Anorganik) Total Tanah, Zat organik umumnya berasal
dari proses pelapukan/penguraian serasah pada lapisan teratas tanah. Secara
teoritis palisan yang kaya zat organiknya adalah lapisan humus. Penentuan
kandungan organik dan anorganik tanah yang paling sederhana adalah dengan cara
pengabuan.
pH tanah adalah faktor
kimia tanah penting yang menggambarkan sifat asam atau basa tanah. Nilai pH
tanah adalah nilai negatif logaritma dari aktivitas ion hidrogen tanah.
Besarnya nilai pH tanah dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya jenis batuan
induk, tipe vegetasi dan aktivitas pemupukan. pH tanah menentukan kelarutan
unsur-unsur hara dalam larutan tanah, sehingga pH akan memengaruhi ketersediaan
unsur-unsur hara bagi tumbuhan. Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan
pH-meter elektronik, soil tester dan kertas pH universal (Sambas.
2003).
Selain penentuan secara
kuantitatif, tekstur tanah dapat pula ditentukan secara cepat dilapangan secara
kualitatif berdasarkan pilinan jari. Cara ini sangat umum dilakukan dalam
survei lapangan karena mudah dan praktis. Caranya adalah dengan memilin
sejumlah cuplikan tanah diantara telunjuk dan ibu jari, kemudian berdasarkan berbagai
kriteria, salah satunya kriteria dari Clark, tekstur tanah tersebut dianalisis.
Tekstur tanah ada lima
kriteria diantaranya : Tanah pasir, butiran terasa keras dan lepas satu sama
lain, tidak dapat dibentuk dalam keadaan kering, partikel-partikelnya terlepas.
Tanah pasir berlumpur, sulit dibentuk, pada tangan memberi
warna lemah, masih dapat dirasakan adanya butiran kasar. Tanah
lumpur berpasir, dapat dibentuk dengan baik, dapat dipilin sampai sebesar
hitamnya karbon pinsil. Sangat nyata memberi warna pada jari tangan. Tanah
lumpur, dapat dibentuk dengan baik, lengket pada sendok, dengan kuku tidak
meninggalkan bekas mengkilat tapi terlihat sedikit kasar, memberi warna pada
tangan. Dan Tanah liat, sangat lengket dan licin, dengan kuku bekasnya mengkilat,
bila kering merekah (Hanun. 2009)
C. Alat
dan Bahan
1. Bahan tanaman : biji jagung, kacang hijau.
2. Alat: pot plastic berisi tanah/ polibag, embrat, thermometer
tanah, thermometer udara.
D.
Prosedur Kerja
1. Menyediakan 2 pot plastic/ polibag yang sudah berisi
tanah secukupnya.
2. Dimilih biji jagung yang baik dan rendam dalam air
selama 1 jam.
3. Ditanam biji jagung pada pot plastic/ polibag,
masing-masing dengan jumlah biji 2/4 tergantung ukuran pot plastic/ polibag
dengan dua / tiga ulangn.
4. Disimpan masing-masing pot di dalam rumah kaca dan
pot lainnya dengan perlakuan jumlah biji yang di tanam sama di lingkungan luar
rumah kaca (alam terbuka).
5. Pada pot yang disimpan di rumah kaca melakukan
penyiraman setiap hari, sedangkan yang ditempat terbuka tidak perlu disiram(dibiarkan
secara alami).
6. Dilakukan pengamatan setiap hari sampai tanaman
berumur ± 2 minggu dan ukur tinggi serta biomassa tanaman setelah ± 2 minggu
pengamatan.
7. Dibandingkan bobot dan tinggi tanaman yang ditanam
dirumah kaca dengan tanaman yang ditanam ditempat terbuka.
8. Dicatat data faktor lingkungan (temperature udara,
RH, cahaya) yang ada dirumah kaca dan tempat terbuka (data sekunder).
E. DATA
PENGAMATAN
Tabel.1 Pertumbuhan Benih Kacang Hijau
No
|
Hari/ tanggal
|
Tinggi Tanamanan
|
Suhu
|
Kelembaban
|
Suhu Tanah
|
Observasi
|
||||
TT
|
RP
|
TT
|
RP
|
TT
|
RP
|
TT
|
RP
|
|||
1
|
Senin, 11/11/13
|
0 cm
|
0 cm
|
34oC
|
33oC
|
56%
|
72%
|
31oC
|
30oC
|
Semua Obvtr
|
2
|
Selasa, 12/11/13
|
2 cm
|
3 cm
|
34oC
|
33oC
|
54%
|
70%
|
31oC
|
30oC
|
Aan Darwati
|
3
|
Rabu, 13/11/13
|
3 cm
|
5 cm
|
34oC
|
33oC
|
54%
|
69%
|
32oC
|
31oC
|
Eli Tarli
|
4
|
Kamis, 14/11/13
|
4 cm
|
7 cm
|
35oC
|
34oC
|
53%
|
68%
|
33oC
|
32oC
|
Eti Purnati
|
5
|
Jumat, 15/11/13
|
6 cm
|
9 cm
|
34oC
|
33oC
|
54%
|
71%
|
32oC
|
31oC
|
Aef
Saiful. I
|
6
|
Sabtu, 16/11/13
|
12 cm
|
20 cm
|
34oC
|
32oC
|
54%
|
69%
|
31oC
|
30oC
|
Fd. Yugni
|
7
|
Mggu, 17/11/13
|
18 cm
|
24 cm
|
33oC
|
32oC
|
55%
|
70%
|
30oC
|
29oC
|
Eli tarli
|
8
|
Senin, 18/11/13
|
20 cm
|
26 cm
|
34oC
|
33oC
|
54%
|
68%
|
31oC
|
30oC
|
Aan Darwati
|
9
|
Selasa¸ 19/11/13
|
21 cm
|
28 cm
|
35oC
|
34oC
|
53%
|
67%
|
33oC
|
32oC
|
Eli Tarli
|
10
|
Rabu, 20/11/13
|
23 cm
|
30 cm
|
34oC
|
32oC
|
54%
|
69%
|
31oC
|
30oC
|
Eti Purnati
|
11
|
Kamis, 21/11/13
|
25 cm
|
32 cm
|
34oC
|
32oC
|
54%
|
69%
|
31oC
|
30oC
|
Aef Saiful. I
|
12
|
Jumat, 22/11/13
|
27 cm
|
33 cm
|
35oC
|
34oC
|
53%
|
68%
|
33oC
|
32oC
|
Fd. Yugni
|
13
|
Sabtu, 23/11/13
|
28 cm
|
35 cm
|
34oC
|
33oC
|
54%
|
69%
|
32oC
|
31oC
|
Fajar. P
|
14
|
Mggu, 24/11/13
|
30 cm
|
37 cm
|
35oC
|
34oC
|
53%
|
68%
|
33oC
|
32oC
|
Eli Tarli
|
Keterangan;
TT = Tempat Terbuka
RP = Rumah Plastik
F. Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai factor-faktor
lingkungan. Pengaruh perbedaan lingkungan tempat tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman.
Adapun bahan dan alat yang kita gunakan dalam praktikum diantaranya : bahan
tanaman : biji jagung, kacang hijau dan alat: pot plastic berisi tanah/
polibag, embrat. Sampel yang kami dapat yaitu dengan menggunakan kacang hijau
yang ditanam dalam 2 polibag yang diletakkan pada tempat yang berbeda. Polibag
pertama diletakkan ditempat terbuka tanpa dilakukan penyiraman dan polibag kedua
diletakkan di rumah plastic (RP) dengan
penyiraman secara rutin tiap harinya.
Tanaman secara umum akan dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada kondisi lingkungan yang favourable (menguntungkan) sesuai
dengan kebutuhan tanaman berdasarkan karakter sifat internal dari tanaman
tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu tanaman dalam
melangsungkan aktifitas hidupnya sangat ditentukan oleh kelangsungan interaksi
(saling mempengaruhi) dari faktor eksternal dan faktor internal. Tetapi
perlu diketahui bahwa disisi lain kondisi lingkungan di berbagai permukaan bumi
sangat bervariasi dan belum tentu sama antara lokasi yang satu dengan lokasi
lainnya. Jangankan pada suatu lokasi berbeda terkadang pada satu lokasi yang
samapun kondisi lingkungan bisa menjadi bervariasi dari waktu ke waktu, hal ini
bisa saja terjadi karena adanya perubahan-perubahan secara ekologis (Djamal.
2007)
Hasil yang didapat dari perkecambahan dua polibag ini
menunjukan hasil yang berbeda. Kacang hijau yang ditanam di rumah plastic (RP) memiliki pertumbuhan yang lebih cepat di
sehingga kacang yang di tanam lebih panjang dibandingkan dengan kacang yang
ditanam pada tempat terbuka, perbedaan pertumbuhannya dapat dilihat pada data
pengamatan. Pada 3 hari pertama pertumbuhan kacang hijau pada rumah plastic
(RP) menunjukan tinggi 5cm dengan suhu ruang 33oC sedangkan suhu
tanah 30oC dan kelembaban udara hingga 72% berbeda dengan
pertumbuhan kacang hijau di tempat tertutup (TT) yang menunjukan tinggi kacang
hijau 3cm dengan suhu ruang 34oC sedangkan suhu tanah 31oC
dan kelembabannya 56%. Pada minggu pertama pertumbuhan kacang hijau pada rumah
plastic (RP) menunjukan tinggi 24 cm dengan suhu ruang 32oC
sedangkan suhu tanah 29oC dan kelembaban udara mencapai 76% berbeda
dengan pertumbuhan kacang hijau di tempat tertutup (TT) yang menunjukan tinggi
kacang hijau 18 cm dengan suhu ruang 33oC sedangkan suhu tanah 30oC
dan kelembabannya 59%., pada hari ini
menenunjukan tingkat kelembaban yang tinggi karena terjadi hujan ketika
pagi sehingga kelembaban meningkat dan suhu tanahnya menurun terutama pada tanaman ditempat terbuka.
Pengamatan media pada hari ke 11 menunjukkan
pertumbuhan kacang hijau pada rumah plastic (RP) tingginya 32 cm dengan suhu
ruang 32oC sedangkan suhu tanah 30oC dan kelembaban udara
hingga 69% berbeda dengan pertumbuhan kacang hijau di tempat tertutup (TT) yang
menunjukan tinggi kacang hijau 25 cm dengan suhu ruang 34oC
sedangkan suhu tanah 33oC dan kelembabannya 54%. Sedangkan pada
minggu kedua pertumbuhan kacang hijau pada rumah plastic (RP) menunjukan tinggi
hingga mencapaai 37 cm dengan suhu ruang 34oC sedangkan suhu tanah
31oC dan kelembaban udara hingga 69% berbeda dengan pertumbuhan
kacang hijau di tempat tertutup (TT) yang menunjukan tinggi kacang hijau 30 cm
dengan suhu ruang 35oC sedangkan suhu tanah 33oC dan
kelembabannya 68%. Hal ini menunjukkan pertumbuhan kacang hijau dirumah plastic
lebih cepat dibandingkan pertumbuhan kacang hijau pada tempat terbuka hal ini
dikarenakan kacang hijau di rumah plastic (RP) mengalami pertumbuhan Etiostatis
yaitu pertumbuhan secara cepat pada tanaman pada tempat gelap/tertutup,
sehingga tanaman kacang pada rumah plastic (RP) lebih tinggi dibandingkan pada
temapt tertutup (TT) akan tetapi batang kacang pada rumah plastic (RP) lebih
lemas karena peristiwa etiostatis yang tidak terkena paparan sinar matahari
secara langsung berbeda halnya jika dibandingkan dengan ditempat terbuaka (TT)
yang pada batang kacang hijaunya berbentuk keras karena penyinaran matahari. Pertumbuhan
lebih cepat pada kacang hijau di rumah plastik (RP) juga karenakan beberapa
factor yaitu suhu ruang dan suhu tanah pada rumah plastic (RP) lebih rendah dan
kelembaban udaranya lebih tinggi dibandingkan dengan tempat tertutup (TT) dan
juga karena pada rumah plastic (RP) penyiraman airnya secara teratur sehingga
tumbuhannya lebih subur dibandingkan dengan tanaman kacang pada tempat tertutup
(TT) yang tidak disiram.
Pengaruh pertumbuhan tanaman
kacang hijau termasuk factor-faktor lingkungan. Adapun diantaranya
factor-faktor lingkungan yang dapat digolongkan menjadi factor biotic dan
abiotik. Factor lingkungan abiotik terdiri dari tanah, air, udara-angin, cahaya
sedangkan factor biotic terdiri atas organisme hidup di luar lingkungan biotik
(manusia, tumbuhan, hewan, mikroorganisme). Adapun dari factor manusia,
tumbuhan, hewan, mikroorganisme ini bisa mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau.
Contohnya hewan memakan tanaman kacang hijau otomatis pertumbuhannya terhambat
ataupun dari factor biotic lainnya.
Dari segi tanah
kalau ditempat terbuka kering sedangkan ditempat tertutup lembab hal ini karena
penyinaran dari matahari jika dilihat dari segi air, Air ditempat tertutup
masih ada penyimpanan di dalam tanah sedangkan terbuka cepat habis karena sinar
matahari. Air dan tanah ini merupakan factor utama bagi media tanam karena
tanam berperan alam ketersediaan unsur hara dan air sehingga berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan karakteristik media terutama
pada kandungan unsur hara lagi tanaman dan daya mengikat air tercermin pada
porositas, kelembaban dan aerasi. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersebut
adalah unsur hara esensial, unsur hara ini dibedakan atas dua kelompok yaitu
unsur hara esensial makro dan esensial mikro. Unsur hara makro adalah unsur
hara yang paling banyak digunakan dan diperlukan oleh tanaman. Unsur hara
tersebut adalah : Unsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), S
(belerang), P (phosphor), K (kalium), Ca (kalsium), dan Mg (magnesium). Unsur
hara esensial mikro dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil. Unsur tersebut
adalah : Fe (besi), B (boron), Zn (seng), Cu (tembaga), Mo (molibden), Mn
(mangan), Cl (klor), Na (natrium), I (yodium), Co (kobal), Al (aluminium). (Resosoedarmo.
2006)
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi pertumbuhan
kacang hijau di rumah plastic (RP) dan tempat terbuka (TT) adalah intensitas
cahaya, pada tempat terbuka lebih panas jika dibandingkan dengan rumah plastic
(RP) yang tidak panas yang menguntungkan dalam rumah plastik (tertutup) yaitu
diperkaya CO2 sementara di tempat terbuka tidak diperkaya CO2.
Sementara Strain dan Cure menyusun Bibliographi literature mengenai pengayaan
CO2 dan efeknya terhadap lingkungan dan tanaman yang lengkap. Dan
hasil tanaman dalam rumah kaca (tertutup) dengan pengayaan CO2, dan
terbukti hasil tanaman jagung dan kacang hijau tersebut meningkat dari pada
jagung dan kacang hijau di tempat terbuka lebih rendah (Djamal
Irwan. 2007).
G. KESIMPULAN
Berdasarkan data pengamatan dan penjabaran
dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
Þ
Peletakan
media tanam kacang hijau diletakkan pada Rumah Plastik (RP) dan Tempat Terbuka
(TT) sebagai pembanding factor-faktor lingkungan terhadap pertumbuhan kacang
hijau.
Þ
Pada
media tanam Rumah Plastik mengalami pertumbuhan etiostatis sehingga tanamannya
lebih tinggi karena berada ditempat gelap sehingga pembelahanya lebih cepat.
Þ
Batang
tanaman kacang hijau pada tempat terbuka lebih keras karena factor penyinaran
matahari sedangkan pada kacang hijau batangnya kurang keras karena tumbuh di
temapat tertutup tanpa penyinaran matahari langsung.
Þ
Perbedaan kecepatan pertumbuhan antara kacang hijau yang
ditanam pada rumah plastic dan tempat terbuka
juga karenakan factor biotic dan
abiotik. Factor lingkungan abiotik terdiri dari tanah, air, udara-angin, cahaya
sedangkan factor biotic terdiri atas organisme hidup di luar lingkungan biotik
(manusia, tumbuhan, hewan, mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2004. Biologi campbell edisi kelima
jilid III. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Djamal
Irwan, Zoer’aini. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara
Hanum,
Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press
Resosoedarmo,
S., K. Kartawinata, A. Soegiarto. 2006. Pengantar
Ekologi. Bandung: Remadja Rosdakarya.
Wirakusumah,
Sambas. 2003. Dasar - Dasar Ekologi. Jakarta: UI Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar