LAPORAN PRAKTIKUM 3
EKOLOGI
Pengaruh Allelopati Jenis Tanaman
Terhadap Perkecambahan
Disusun untuk memenuhi tugas individu dalam praktikum Ekologi
Dosen pengampu : Dr. Dewi Cahyani, M.Pd
Di susun Oleh :
Nama : Fajar Permana
NIM : 14111610016
Kelompok : 2
Kelas/semester : Biologi A/5
Asisten Praktikum: Muh. Sofwatun
Halim
Siti
Nurhalimah
LABORATORIUM IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon
2013
Acara Praktikum 3
Pengaruh Allelopati Jenis Tanaman
Terhadap Perkecambahan
A.
Tujuan
Praktikum
Untuk mempelajari
pengaruh allelopati jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tumbuhan lain
B.
Landasan
Teori
Tumbuhan dalam bersaing
mempunyai senjata yang bermacam-macam, misalnya duri, berbau, yang kurang bisa
diterima sekelilingnya, tumbuh cepat, berakar dan berkarnopi luas dan bertubuh
tinggi besar, Maupun adanya sekresi zat kimiawi yang dapat merugikan
pertumbuhan tetangganya. Dalam uraian ini akan disinggung tentang sekresi
kimiawi yang disebut alelopat dan mengakibatkan peristiwa yang disebut
alelopati (Campbell.2004).
Peristiwa alelopati adalah
peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan
tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang
tumbuh di sekitarnya. Tumbuhan lain jenis yang tumbuh sebagai tetangga menjadi
kalah. Kekalahan tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa
produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat
berupa gas atau zat cair dan dapat kelau dari akar, batang maupun daun.
Hambatan pertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya
pertumbuhan hambatan pada oembelahan sel, pangambilan mineral,resppirasi,
penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar
dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat uang turun kembali ke tanah dan
eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan
fenolat, terpenoid, dan alkaloid.
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat
allelopathy dilepaskan oleh tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain
melalui beberapa cara antara lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian
membusuk, melalui pencucian daun atau batang oleh air hujan, melalui penguapan
dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui akar (root
exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis tumbuhan yang mengeluarkan zat
kimia bersifat allelopatyy melalui daun, misalnya Adenostena
fasciculatum, Eucalyptus globules, Camelina alyssum, Erenophylla mitchellii, yang
mengeluarkan zat allelopathy melalui perakaran misalnya gandum, gandum hitam,
dan apel, sedangkan yang mengeluarkan zat Allelopathy melalui pembusukan
nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron
repens
Telah banyak referensi yang
mencatat tentang species yang dapat mengeluarkan alelopati. Species tersebut
dalam lingkungan akan dapat menekan pertumbuhan species lain. Namun pengaruh
interaksi gulma/tanaman budidaya akan adanya alelopati masih belum banyak
diteliti. Beberapa penelitian tentang hal itu dicatat dari beberpa negara
seperti Amerika, dan Inggris. Suatu zat terpen di keluarkan oleh semak yang
aromatik dan sejenis substansi fenol dikeluarkan oleh Isorghum
halepense yang dapat menghambat kegiatan bakteri fikasasi nitrogen. Agropyron
repens (rumput perenial) yang melapuk selama 15 hari sangat efektif
dalam penghambatan pertumbuhan Brassica napus. Penghambatan
semacam ini hampir sama dengan diakaibatkan oleh pelapukan jerami. Imperata
cylindrica juga mengeluarkan alelopati berpengaruh pada lingkungannya
seperti halnya penghasil-penghasil alelopati lainnya.
Alelopati kebanyakan berada
dalam jaringan tanaman, seperti daun, akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan
dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Beberapa contoh zat kimia yang dapat
bertindak sebagai ealelopati adalah gas-gas beracun yaitu Sianogenesis
merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN, amonia,
Ally-lisothio cyanat dan β-fenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak
yang berasal dari familia Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain
gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh seserhana,
fumarin, kinon,flavanioda, tanin, alkaloida ,terpenoida dan streroida juga
dapat mengeluarkan zat alelopati. (Resosoedarmo.2006).
Sejumlah peneliti
melaporkan bukti untuk zat kimia mengendalikan distribusi tumbuhan, asisiasi
antar species, dan jalannya suksesi tumbuhan. Muller (1966) telah meneliti
hubungan spatial antara Salvia leucophyla dan rumput
annual. Rumpun saliva yang hidup pada padang rumbut ternyata dibawah
rumpun dan disekeliling rumpun semak tersebut terjadi zona gundul (1-2
meter) tak ada tumbuhan rumput dan herba lain. Bahkan 6-10 m dari kanopi
semak tumbuhan lain menjadi kerdil. Bentuk kerdil ini tidak disebabkan karena
kompetisis untuk air, karena kar semak tidak menyusup jauh ke daerah rumput.
Faktor tanah nampak tidak bertanggung jawab untuk asosiasi negatif, karena
faktor khemis dan fisis tanah tidak berubah pada zona gundul tersebut
(Hanum.2009)
Muller menemukan bahwa
salvia mengeluarkan minyak volatile dari daun dan kandungan cinoile dan canphor
bersifat toksik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan annual disekeliling. Alang-alang
bukan hanya sebagai pesaing bagi tanaman lain terutama tanaman pangan dalam
mendapatkan air, unsur hara dan cahaya tetapi juga menghasilkan zat alelopati
yang menyebabkan pengaruh negatif pada tanaman lain (Sambas. 2003).
C.
Alat
dan Bahan
a)
Alat:
1. Cawan
petri
2. Corong
kaca
3. Gelas
kimia
4. Botol
aqua dan gelas aqua
b)
Bahan:
1. Kacang
hijau
2. Biji
jagung
3. Ekstrak
akar alang-alang
4. Ekstrak
daun akasia
5. Tanah
merah
D. Prosedur Kerja
1. Dipilih
biji kacang hijau dan jagung yang baik.
2. Disiapkan
empat aqua gelas yang telah diberi tanah merah.
3. Dibuat
ekstrak alang-alang dan akasia, ditambahkan aquades dengan perbandingan sebagai
berikut;
a. Bagian
tumbuhan dan air (1 : 7) allelopati 35 ml + air 265 ml
b. Bagian
tumbuhan dan air (1 : 14) allelopati 20 ml + air 280 ml
c. Bagian
tumbuhan dan air (1 : 7) allelopati 14 ml + air 286 ml
d. Hanya
air 300 ml (sebagai indicator/kontrol bagian a,b, dan c)
4. Diletakan
masing-masing 10 biji kacang hijau kedalam aqua gelas.
5. Disiram
10 ml ekstrak allelopati tumbuhan tersebut ke dalam aqua gelas yang berisi
biji-biji tersebut.
6. Perkecambahan
biji-biji tersebut diamati setiap hari selama 7 hari dan diamati pula
pertumbuhan perkecambahannya.
7. Persen
perkecambahannya ditentukan dan diukur panjang kecambahannya.
8. Hasil
percobaan tersebut dibandingkan dengan perkecambahan yang hanya diberi
perlakuan disiram dengan air (control).
E. Hasil Pengamatan
a) Pengamatan kacang hijau dan akasia
1.
Table.1. perkecambahan kacang hijau dan
akasia
No
|
Hari,
tanggal
|
Jenis
Allelopati (Akasia)
|
Air
(control)
|
||
(1:7)
|
(1:14)
|
(1:21)
|
|||
1
|
Senin,
18/11/13
|
Benih
|
Benih
|
Benih
|
Benih
|
2
|
Selasa,
19/11/13
|
0.3
cm
|
0.3
cm
|
0.5
cm
|
0.5
cm
|
3
|
Rabu,
20/11/13
|
0.5
cm
|
1
cm
|
1.5
cm
|
1
cm
|
4
|
Kamis,
21/11/13
|
1
cm
|
1.5
cm
|
2.5
cm
|
1.5
cm
|
5
|
Jumat,
22/11/13
|
2
cm
|
2
cm
|
3
cm
|
3
cm
|
6
|
Sabtu,
23/11/13
|
3.5
cm
|
4.5
cm
|
5
cm
|
5
cm
|
7
|
Minggu,
24/11/13
|
5
cm
|
7
cm
|
8
cm
|
9
cm
|
|
b) Pengamatan kacang hijau dan
Alang-alang
2.
Table.1. perkecambahan kacang hijau dan
alang-alang
No
|
Hari,
tanggal
|
Jenis
Allelopati (Alang-alang)
|
Air
(control)
|
||
(1:7)
|
(1:14)
|
(1:21)
|
|||
1
|
Selasa,
19/11/13
|
0
cm
|
0
cm
|
0
cm
|
0
cm
|
2
|
Rabu,
20/11/13
|
0
cm
|
0
cm
|
0
cm
|
0
cm
|
3
|
Kamis,
21/11/13
|
1
cm
|
1
cm
|
1.5
cm
|
1
cm
|
4
|
Jumat,
22/11/13
|
2
cm
|
2.5
cm
|
3
cm
|
4
cm
|
|
c) Pengamatan jagung dan alang-alang
3.
Table.1. perkecambahan jagung dan
alang-alang
No
|
Hari,
tanggal
|
Jenis
Allelopati (alang-alang)
|
Air
(control)
|
||
(1:7)
|
(1:14)
|
(1:21)
|
|||
1
|
Senin,
18/11/13
|
Benih
|
Benih
|
Benih
|
Benih
|
2
|
Selasa,
19/11/13
|
1
cm
|
1
cm
|
1
cm
|
1
cm
|
3
|
Rabu,
20/11/13
|
2
cm
|
2
cm
|
2
cm
|
3
cm
|
4
|
Kamis,
21/11/13
|
3
cm
|
3.5
cm
|
3.5
cm
|
4.5
cm
|
5
|
Jumat,
22/11/13
|
5
cm
|
5.5
cm
|
6
cm
|
8.5
cm
|
6
|
Sabtu,
23/11/13
|
7.5
cm
|
8.5
cm
|
9
cm
|
10
cm
|
|
d) Pengamatan jagung dan akasia
4.
Table.1. perkecambahan jagung dan akasia
No
|
Hari,
tanggal
|
Jenis
Allelopati (Akasia)
|
Air
(control)
|
||
(1:7)
|
(1:14)
|
(1:21)
|
|||
1
|
Senin,
18/11/13
|
0
cm
|
0
cm
|
0
cm
|
0
cm
|
2
|
Selasa,
19/11/13
|
1
cm
|
1 cm
|
1
cm
|
1
cm
|
3
|
Rabu,
20/11/13
|
2
cm
|
2
cm
|
2
cm
|
2
cm
|
4
|
Kamis,
21/11/13
|
3
cm
|
3.5
cm
|
4
cm
|
5
cm
|
5
|
Jumat,
22/11/13
|
4
cm
|
5
cm
|
6.5
cm
|
8
cm
|
|
F.
Pembahasan
Praktikum kali ini
mengenai pengaruh allelopati jenis tanaman terhadap perkecambahan, dengan cara
menanam bibit jagung atau bibit kacang hijau pada media aqua gelas yang telah
diberi tanah tanpa memberi pupuk, kemudian di siram setiap harinya dengan
ekstrak alelopati alan-alangg dan akasia dengan konsentrasi 1:7, 1:14, 1:21 dan
juga air sebagai control. Waktu pengamatan tiap hari selama satu minggu.
Allelopati ini
merupakan peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat)
yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan
lain jenis yang tumbuh di sekitarnya. Tumbuhan lain jenis yang tumbuh sebagai
tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut karena menyerap zat kimiawi
yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang
bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cair dan dapat keluar dari akar,
batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa
alelopati misalnya pertumbuhan hambatan pada pembelahan sel, pangambilan
mineral, resppirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya.
Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat uang
turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan pada
umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid. Bagian
tumbuhan yang dibuat sebagai ekstrak allelopati yaitu bagian akar dari
alang-alang dan daun akasia karena pada bagian inilah alelopat sering
dikeluarkan pada alang-alang dan akasia (Resosoedarmo.2006)
Penanaman jagung dan kacang
hijau menggunakan ekstrak alang-alang dan
akasia terbukti dapat menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau,
terlihat dari pertumbuhan dari pengamatan dan pengukuran tiap harinya.
Alang-alang dan akasia merupakan tanaman gulma yang bersifat allelopati, gulma
ini sangat kompetitif dengan
tanaman lain yang mengakibatkan turunnya produksi tanaman. Ekstrak alang-alang dan akasia
merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung dan
kacang hijau. Tumbuhan jagung dan kacang hijau tersebut mengalami keterhambatan
untuk tumbuh dan berkembang dapat terlihat dari tabel pengamatan dan grafik
pada data pengamatan.
Media tanam kacang hijau dan ekstrak akasia sebagai
allelopati, kacang hijau dapat berkecambah pada hari kedua pada allelopati 1:7
dan 1:14 memiliki tinggi 0.3cm sedangkan pada allelopati 1:21 dan air (control)
memiliki tinggi 0,5cm. setelah 7 hari perkecambahan tingginya menjadi berubah
pada allelopati 1:7 tingginya menjadi 5 cm, pada allelopati 1:14 tingginya
menjadi 7 cm, pada allelopati 1:21 tingginya menjadi 8 cm dan pada air
(control) tingginya menjadi 9 cm.
Media tanam selanjutnya yaitu kacang hijau dan ekstrak
alang-alang sebagai allelopati, kacang
hijau dapat berkecambah pada hari ketiga pada allelopati 1:7 dan 1:14 dan
control memiliki tinggi 1cm sedangkan pada allelopati 1:21 memiliki tinggi 1,5cm.
Setelah 4 hari perkecambahan tingginya menjadi berubah pada allelopati 1:7
tingginya menjadi 2 cm, pada allelopati 1:14 tingginya menjadi 2.5 cm, pada allelopati
1:21 tingginya menjadi 3 cm dan pada air (control) tingginya menjadi 4 cm.
Sedangkan pada media tanam jagung dan ekstrak akasia sebagai
allelopati, jagung dapat berkecambah pada hari kedua pada allelopati 1:7, 1:14,
1:21 dan kontrol memiliki tinggi 1cm, kemudian setelah 5 hari perkecambahan
tingginya menjadi berubah pada allelopati 1:7 tingginya menjadi 4 cm, pada
allelopati 1:14 tingginya menjadi 5 cm, pada allelopati 1:21 tingginya menjadi
6.5 cm dan pada air (control) tingginya menjadi 8 cm.
Media tanam yang terakhir yaitu media tanam jagung dan
ekstrak alang-alang sebagai allelopati, jagung dapat berkecambah pada hari
kedua pada allelopati 1:7, 1:14, 1:21 dan kontrol memiliki tinggi 1cm. setelah
hari ke 6 perkecambahan tingginya menjadi berubah pada allelopati 1:7 tingginya
menjadi 7.5 cm, pada allelopati 1:14 tingginya menjadi 8.5 cm, pada allelopati
1:21 tingginya menjadi 9 cm dan pada air (control) tingginya menjadi 10 cm.
Dari hasil pengamatan, tampak bahwa penyiraman alelopat pada
tanaman jagung baik dengan menggunakan ekstrak akasia maupun alang-alang dapat
menyebabkan timbulnya gangguan pada pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau.
Alelopat dengan konsentrasi tinggi (1:7) menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat, dimana tingkat pertumbuhan tanaman menjadi rendah, dan daunnya pun
akan banyak mengalami gangguan sehingga cepat berwarna cokelat, yang
menyebabkan terganggunya proses fotosintesis tanaman itu. Pada konsentrasi
tinggi kandungan senyawa alelokimia yang terkandung di dalamnya sangat banyak
sehingga mengganggu segala aktivitas metabolisme pada tanaman itu.
Pada konsentrasi 1 : 14, terjadi pula gangguan pertumbuhan,
namun tidak secepat efek pada konsentrasi 1;7. Begitupula pada konsentrasi 1 :
21, tanaman jagung tumbuh dengan agak baik, layaknya tanaman kontrol, hanya
tanaman ini sedikit mengalami gangguan pertumbuhan. Sedang pada tanaman
kontrol, tidak terjadi gangguan pertumbuhan seperti yang disebabkan oleh pengaruh
alelopat.
Pengaruh pemberian konsentrasi yang berbeda ini memberikan
pengaruh yang sama terhadap tanaman yang diberikan alelopat ekstrak akasia
maupun ekstrak alang-alang. Dari grafik pengamatan dapat diketahui bahwa
pengaruh ekstrak alang-alang lebih baik dari pengaruh ekstrak akasia, dimana
tingkat pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau yang diberi ekstrak
alang-alang lebih rendah dari yang diberi ekstrak akasia. Hal ini dapat
terlihat dari rendahnya tingkat kesuburan tanaman, yang ditunjukan dengan
rendahnya tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang.
Senyawa
alelokimia yang terkandung pada akar alang-alang dan akasia terbukti dapat
bekerja menggangu proses fotosintesis
dan pembelahan sel, yang menyebabkan terganggunya segala aktivitas metabolism
berupa penghambatan
penyerapan hara, pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, respirasi,
sitesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran sel dan menghambat
aktivitas enzim dalam tanaman jagung
dan kacang hijau.
Pengaruh allelopati juga dikuatkan ketika membandingkan
morfologi antara jagung dan kacang hijau yang diberi allelopati dengan control. Penekanan pertumbuhan dan perkembangan
karena ekstrak alang-alang dan akasia pada jagung dan kacang hijau ditandai
dengan penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar, perubahan warna daun
(Dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan atau kecoklatan) serta bengkaknya
akar. Pertumbuhan rambut akar juga terganggu, dengan melihat fenomena ini maka
allelokikia yang berasal dari alang-alang dan akasia yang bekerja mengganggu proses
fotosintesis atau proses pembelahan sel. Sedangkan pada tanaman kontrol, tanaman tumbuh normal, baik
morfologi daun, panjang akar dan batang berbeda dengan tanaman lainnya yang
diberikan perlakuan (Djamal 2007).
G.
Kesimpulan
Berdasarkan data pengamatan yang dikuatkan dengan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa;
Þ Peristiwa
alelopati adalah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang
dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain
jenis yang tumbuh disekitarnya. Bagian tumbuhan yang dibuat sebagai ekstrak
allelopati yaitu bagian akar dari alang-alang dan daun akasia karena pada
bagian inilah alelopat sering dikeluarkan pada alang-alang dan akasia, jenis
yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan
alkaloid.
Þ Akasia dan Alang-alang merupakan
allelopati yang dapat menghambat pertumbuhan jagung dan kacang hijau hal ini
terbukti dengan penurunan tinggi
tanaman, penurunan panjang akar, perubahan warna daun (Dari hijau normal
menjadi kekuning-kuningan atau kecoklatan) serta bengkaknya akar.
Þ Pengaruh ekstrak alang-alang lebih
baik dari pengaruh ekstrak akasia, dimana tingkat pertumbuhan tanaman jagung dan
kacang hijau yang diberi ekstrak alang-alang lebih rendah dari yang diberi
ekstrak akasia
Þ Pemberian ekstrak allelopati
(alang-alang dan akasia) pada jagung dan kacang hijau dengan konsentrasi 1:7,
1:14 dan 1:21, sehingga semakin tinggi konsentrasi senyawa alelokimianya maka
semakin besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman jagung itu, diaman
alelokimia dengan konsentrasi tinggi lebih cepat menghambat pertumbuhan tanaman
jagung dan kacang hijau, begitupula sebaliknya. Kemudian dibuat pula control dengan
air.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2004. Biologi campbell edisi kelima
jilid III. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Djamal
Irwan, Zoer’aini. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara
Hanum,
Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press
Resosoedarmo,
S., K. Kartawinata, A. Soegiarto. 2006. Pengantar
Ekologi. Bandung: Remadja Rosdakarya.
Wirakusumah,
Sambas. 2003. Dasar - Dasar Ekologi. Jakarta: UI Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar