Jumat, 12 September 2014

ALLELOPATI


LAPORAN PRAKTIKUM 3
EKOLOGI
Pengaruh Allelopati Jenis Tanaman Terhadap Perkecambahan
Disusun untuk memenuhi tugas individu dalam praktikum Ekologi
Dosen pengampu        :  Dr. Dewi Cahyani, M.Pd




Di susun Oleh :
Nama                    :  Fajar Permana
NIM                      :  14111610016
Kelompok             :  2
Kelas/semester      :  Biologi A/5
Asisten Praktikum:  Muh. Sofwatun Halim
                                 Siti Nurhalimah

LABORATORIUM IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon
2013

Acara Praktikum 3
Pengaruh Allelopati Jenis Tanaman Terhadap Perkecambahan
A.    Tujuan Praktikum
Untuk mempelajari pengaruh allelopati jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tumbuhan lain
B.     Landasan Teori
Tumbuhan dalam bersaing mempunyai senjata yang bermacam-macam, misalnya duri, berbau, yang kurang bisa diterima sekelilingnya, tumbuh cepat, berakar dan berkarnopi luas dan bertubuh tinggi besar, Maupun adanya sekresi zat kimiawi yang dapat merugikan pertumbuhan tetangganya. Dalam uraian ini akan disinggung tentang sekresi kimiawi yang disebut alelopat dan mengakibatkan peristiwa yang disebut alelopati (Campbell.2004).
Peristiwa alelopati adalah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh di sekitarnya. Tumbuhan lain jenis yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut  karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cair dan dapat kelau dari akar, batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya pertumbuhan hambatan pada oembelahan sel, pangambilan mineral,resppirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat uang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid. 
Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dilepaskan oleh tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis tumbuhan yang mengeluarkan zat kimia bersifat allelopatyy melalui daun, misalnya Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules, Camelina alyssum, Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat allelopathy melalui perakaran misalnya gandum, gandum hitam, dan apel, sedangkan yang mengeluarkan zat Allelopathy melalui pembusukan nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron repens 
Telah banyak referensi yang mencatat tentang species yang dapat mengeluarkan alelopati. Species tersebut dalam lingkungan akan dapat menekan pertumbuhan species lain. Namun pengaruh interaksi gulma/tanaman budidaya akan adanya alelopati masih belum banyak diteliti. Beberapa penelitian tentang hal itu dicatat dari beberpa negara seperti Amerika, dan Inggris. Suatu zat terpen di keluarkan oleh semak yang aromatik dan sejenis substansi fenol dikeluarkan oleh Isorghum halepense yang dapat menghambat kegiatan bakteri fikasasi nitrogen. Agropyron repens (rumput perenial) yang melapuk selama 15 hari sangat efektif dalam penghambatan pertumbuhan  Brassica napus. Penghambatan semacam ini hampir sama dengan diakaibatkan oleh pelapukan jerami.  Imperata cylindrica juga mengeluarkan alelopati berpengaruh pada lingkungannya seperti halnya penghasil-penghasil alelopati lainnya.
Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun, akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai ealelopati adalah gas-gas beracun yaitu Sianogenesis merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN, amonia, Ally-lisothio cyanat dan β-fenil isitio sianat sejenis gas diuapkan dari minyak yang berasal dari familia Crusiferae dapat menghambat perkecambahan. Selain gas, asam organik, aldehida, asam aromatik, lakton tak jenuh seserhana, fumarin, kinon,flavanioda, tanin, alkaloida ,terpenoida dan streroida juga dapat mengeluarkan zat alelopati. (Resosoedarmo.2006).
Sejumlah peneliti melaporkan bukti untuk zat kimia mengendalikan distribusi tumbuhan, asisiasi antar species, dan jalannya suksesi tumbuhan. Muller (1966) telah meneliti hubungan spatial antara  Salvia leucophyla dan rumput annual. Rumpun saliva yang hidup pada padang rumbut ternyata dibawah rumpun dan disekeliling rumpun semak tersebut terjadi zona gundul (1-2 meter)  tak ada tumbuhan rumput dan herba lain. Bahkan 6-10 m dari kanopi semak tumbuhan lain menjadi kerdil. Bentuk kerdil ini tidak disebabkan karena kompetisis untuk air, karena kar semak tidak menyusup jauh ke daerah rumput. Faktor tanah nampak tidak bertanggung jawab untuk asosiasi negatif, karena faktor  khemis dan fisis tanah tidak berubah pada zona gundul tersebut (Hanum.2009)
Muller menemukan bahwa salvia mengeluarkan minyak volatile dari daun dan kandungan cinoile dan canphor bersifat toksik terhadap perkecambahan dan pertumbuhan annual disekeliling. Alang-alang bukan hanya sebagai pesaing bagi tanaman lain terutama tanaman pangan dalam mendapatkan air, unsur hara dan cahaya tetapi juga menghasilkan zat alelopati yang menyebabkan pengaruh negatif pada tanaman lain (Sambas. 2003).



C.    Alat dan Bahan
a)      Alat:
1.      Cawan petri
2.      Corong kaca
3.      Gelas kimia
4.      Botol aqua dan gelas aqua
b)     Bahan:
1.      Kacang hijau
2.      Biji jagung
3.      Ekstrak akar alang-alang
4.      Ekstrak daun akasia
5.      Tanah merah
D.  Prosedur Kerja
1.      Dipilih biji kacang hijau dan jagung yang baik.
2.      Disiapkan empat aqua gelas yang telah diberi tanah merah.
3.      Dibuat ekstrak alang-alang dan akasia, ditambahkan aquades dengan perbandingan sebagai berikut;
a.       Bagian tumbuhan dan air (1 : 7) allelopati 35 ml + air 265 ml
b.      Bagian tumbuhan dan air (1 : 14) allelopati 20 ml + air 280 ml
c.       Bagian tumbuhan dan air (1 : 7) allelopati 14 ml + air 286 ml
d.      Hanya air 300 ml (sebagai indicator/kontrol bagian a,b, dan c)
4.      Diletakan masing-masing 10 biji kacang hijau kedalam aqua gelas.
5.      Disiram 10 ml ekstrak allelopati tumbuhan tersebut ke dalam aqua gelas yang berisi biji-biji tersebut.
6.      Perkecambahan biji-biji tersebut diamati setiap hari selama 7 hari dan diamati pula pertumbuhan perkecambahannya.
7.      Persen perkecambahannya ditentukan dan diukur panjang kecambahannya.
8.      Hasil percobaan tersebut dibandingkan dengan perkecambahan yang hanya diberi perlakuan disiram dengan air (control).


E.  Hasil Pengamatan
a)      Pengamatan kacang hijau dan akasia
1.      Table.1. perkecambahan kacang hijau dan akasia
No
Hari, tanggal
Jenis Allelopati (Akasia)
Air (control)
(1:7)
(1:14)
(1:21)
1
Senin, 18/11/13
Benih
Benih
Benih
Benih
2
Selasa, 19/11/13
0.3 cm
0.3 cm
0.5 cm
0.5 cm
3
Rabu, 20/11/13
0.5 cm
1 cm
1.5 cm
1 cm
4
Kamis, 21/11/13
1 cm
1.5 cm
2.5 cm
1.5 cm
5
Jumat, 22/11/13
2 cm
2 cm
3 cm
3 cm
6
Sabtu, 23/11/13
3.5 cm
4.5 cm
5 cm
5 cm
7
Minggu, 24/11/13
5 cm
7 cm
8 cm
9 cm
Text Box: Tumbuhan (cm)
Hari
 









b)     Pengamatan kacang hijau dan Alang-alang
2.      Table.1. perkecambahan kacang hijau dan alang-alang
No
Hari, tanggal
Jenis Allelopati (Alang-alang)
Air (control)
(1:7)
(1:14)
(1:21)
1
Selasa, 19/11/13
0 cm
0 cm
0 cm
0 cm
2
Rabu, 20/11/13
0 cm
0 cm
0 cm
0 cm
3
Kamis, 21/11/13
1 cm
1 cm
1.5 cm
1 cm
4
Jumat, 22/11/13
2 cm
2.5 cm
3 cm
4 cm

Text Box: Tumbuhan (cm)
Hari
 









c)      Pengamatan jagung dan alang-alang
3.      Table.1. perkecambahan jagung dan alang-alang
No
Hari, tanggal
Jenis Allelopati (alang-alang)
Air (control)
(1:7)
(1:14)
(1:21)
1
Senin, 18/11/13
Benih
Benih
Benih
Benih
2
Selasa, 19/11/13
1 cm
1 cm
1 cm
1 cm
3
Rabu, 20/11/13
2 cm
2 cm
2 cm
3 cm
4
Kamis, 21/11/13
3 cm
3.5 cm
3.5 cm
4.5 cm
5
Jumat, 22/11/13
5 cm
5.5 cm
6 cm
8.5 cm
6
Sabtu, 23/11/13
7.5 cm
8.5 cm
9 cm
10 cm
Hari
 
Text Box: Tumbuhan (cm)









d)     Pengamatan jagung dan akasia
4.      Table.1. perkecambahan jagung dan akasia
No
Hari, tanggal
Jenis Allelopati (Akasia)
Air (control)
(1:7)
(1:14)
(1:21)
1
Senin, 18/11/13
0 cm
0 cm
0 cm
0 cm
2
Selasa, 19/11/13
1 cm
 1 cm
1 cm
1 cm
3
Rabu, 20/11/13
2 cm
2 cm
2 cm
2 cm
4
Kamis, 21/11/13
3 cm
3.5 cm
4 cm
5 cm
5
Jumat, 22/11/13
4 cm
5 cm
6.5 cm
8 cm
Text Box: Tumbuhan (cm)
Hari
 












F.   Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai pengaruh allelopati jenis tanaman terhadap perkecambahan, dengan cara menanam bibit jagung atau bibit kacang hijau pada media aqua gelas yang telah diberi tanah tanpa memberi pupuk, kemudian di siram setiap harinya dengan ekstrak alelopati alan-alangg dan akasia dengan konsentrasi 1:7, 1:14, 1:21 dan juga air sebagai control. Waktu pengamatan tiap hari selama satu minggu.
Allelopati ini merupakan peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh di sekitarnya. Tumbuhan lain jenis yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut  karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cair dan dapat keluar dari akar, batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya pertumbuhan hambatan pada pembelahan sel, pangambilan mineral, resppirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat uang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid. Bagian tumbuhan yang dibuat sebagai ekstrak allelopati yaitu bagian akar dari alang-alang dan daun akasia karena pada bagian inilah alelopat sering dikeluarkan pada alang-alang dan akasia (Resosoedarmo.2006)
Penanaman jagung dan kacang hijau menggunakan ekstrak alang-alang dan akasia terbukti dapat menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau, terlihat dari pertumbuhan dari pengamatan dan pengukuran tiap harinya. Alang-alang dan akasia merupakan tanaman gulma yang bersifat allelopati, gulma ini sangat kompetitif dengan tanaman lain yang mengakibatkan turunnya produksi tanaman. Ekstrak alang-alang dan akasia merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jagung dan kacang hijau. Tumbuhan jagung dan kacang hijau tersebut mengalami keterhambatan untuk tumbuh dan berkembang dapat terlihat dari tabel pengamatan dan grafik pada data pengamatan.
Media tanam kacang hijau dan ekstrak akasia sebagai allelopati, kacang hijau dapat berkecambah pada hari kedua pada allelopati 1:7 dan 1:14 memiliki tinggi 0.3cm sedangkan pada allelopati 1:21 dan air (control) memiliki tinggi 0,5cm. setelah 7 hari perkecambahan tingginya menjadi berubah pada allelopati 1:7 tingginya menjadi 5 cm, pada allelopati 1:14 tingginya menjadi 7 cm, pada allelopati 1:21 tingginya menjadi 8 cm dan pada air (control) tingginya menjadi 9 cm.
Media tanam selanjutnya yaitu kacang hijau dan ekstrak alang-alang sebagai allelopati,  kacang hijau dapat berkecambah pada hari ketiga pada allelopati 1:7 dan 1:14 dan control memiliki tinggi 1cm sedangkan pada allelopati 1:21 memiliki tinggi 1,5cm. Setelah 4 hari perkecambahan tingginya menjadi berubah pada allelopati 1:7 tingginya menjadi 2 cm, pada allelopati 1:14 tingginya menjadi 2.5 cm, pada allelopati 1:21 tingginya menjadi 3 cm dan pada air (control) tingginya menjadi 4 cm.
Sedangkan pada media tanam jagung dan ekstrak akasia sebagai allelopati, jagung dapat berkecambah pada hari kedua pada allelopati 1:7, 1:14, 1:21 dan kontrol memiliki tinggi 1cm, kemudian setelah 5 hari perkecambahan tingginya menjadi berubah pada allelopati 1:7 tingginya menjadi 4 cm, pada allelopati 1:14 tingginya menjadi 5 cm, pada allelopati 1:21 tingginya menjadi 6.5 cm dan pada air (control) tingginya menjadi 8 cm.
Media tanam yang terakhir yaitu media tanam jagung dan ekstrak alang-alang sebagai allelopati, jagung dapat berkecambah pada hari kedua pada allelopati 1:7, 1:14, 1:21 dan kontrol memiliki tinggi 1cm. setelah hari ke 6 perkecambahan tingginya menjadi berubah pada allelopati 1:7 tingginya menjadi 7.5 cm, pada allelopati 1:14 tingginya menjadi 8.5 cm, pada allelopati 1:21 tingginya menjadi 9 cm dan pada air (control) tingginya menjadi 10 cm.
Dari hasil pengamatan, tampak bahwa penyiraman alelopat pada tanaman jagung baik dengan menggunakan ekstrak akasia maupun alang-alang dapat menyebabkan timbulnya gangguan pada pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau. Alelopat dengan konsentrasi tinggi (1:7) menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, dimana tingkat pertumbuhan tanaman menjadi rendah, dan daunnya pun akan banyak mengalami gangguan sehingga cepat berwarna cokelat, yang menyebabkan terganggunya proses fotosintesis tanaman itu. Pada konsentrasi tinggi kandungan senyawa alelokimia yang terkandung di dalamnya sangat banyak sehingga mengganggu segala aktivitas metabolisme pada tanaman itu.
Pada konsentrasi 1 : 14, terjadi pula gangguan pertumbuhan, namun tidak secepat efek pada konsentrasi 1;7. Begitupula pada konsentrasi 1 : 21, tanaman jagung tumbuh dengan agak baik, layaknya tanaman kontrol, hanya tanaman ini sedikit mengalami gangguan pertumbuhan. Sedang pada tanaman kontrol, tidak terjadi gangguan pertumbuhan seperti yang disebabkan oleh pengaruh alelopat.
Pengaruh pemberian konsentrasi yang berbeda ini memberikan pengaruh yang sama terhadap tanaman yang diberikan alelopat ekstrak akasia maupun ekstrak alang-alang. Dari grafik pengamatan dapat diketahui bahwa pengaruh ekstrak alang-alang lebih baik dari pengaruh ekstrak akasia, dimana tingkat pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau yang diberi ekstrak alang-alang lebih rendah dari yang diberi ekstrak akasia. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya tingkat kesuburan tanaman, yang ditunjukan dengan rendahnya tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang.
Senyawa alelokimia yang terkandung pada akar alang-alang dan akasia terbukti dapat bekerja  menggangu proses fotosintesis dan pembelahan sel, yang menyebabkan terganggunya segala aktivitas metabolism berupa penghambatan penyerapan hara, pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, respirasi, sitesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran sel dan menghambat aktivitas enzim dalam tanaman jagung dan kacang hijau.
Pengaruh allelopati juga dikuatkan ketika membandingkan morfologi antara jagung dan kacang hijau yang diberi allelopati dengan control. Penekanan pertumbuhan dan perkembangan karena ekstrak alang-alang dan akasia pada jagung dan kacang hijau ditandai dengan penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar, perubahan warna daun (Dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan atau kecoklatan) serta bengkaknya akar. Pertumbuhan rambut akar juga terganggu, dengan melihat fenomena ini maka allelokikia yang berasal dari alang-alang dan akasia  yang bekerja mengganggu proses fotosintesis atau proses pembelahan sel. Sedangkan pada tanaman kontrol, tanaman tumbuh normal, baik morfologi daun, panjang akar dan batang berbeda dengan tanaman lainnya yang diberikan perlakuan (Djamal 2007).

G.      Kesimpulan
Berdasarkan data pengamatan yang dikuatkan dengan pembahasan dapat disimpulkan bahwa;
Þ  Peristiwa alelopati adalah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh disekitarnya. Bagian tumbuhan yang dibuat sebagai ekstrak allelopati yaitu bagian akar dari alang-alang dan daun akasia karena pada bagian inilah alelopat sering dikeluarkan pada alang-alang dan akasia, jenis yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid. 
Þ  Akasia dan Alang-alang merupakan allelopati yang dapat menghambat pertumbuhan jagung dan kacang hijau hal ini terbukti dengan penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar, perubahan warna daun (Dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan atau kecoklatan) serta bengkaknya akar.
Þ  Pengaruh ekstrak alang-alang lebih baik dari pengaruh ekstrak akasia, dimana tingkat pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau yang diberi ekstrak alang-alang lebih rendah dari yang diberi ekstrak akasia
Þ  Pemberian ekstrak allelopati (alang-alang dan akasia) pada jagung dan kacang hijau dengan konsentrasi 1:7, 1:14 dan 1:21, sehingga semakin tinggi konsentrasi senyawa alelokimianya maka semakin besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman jagung itu, diaman alelokimia dengan konsentrasi tinggi lebih cepat menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau, begitupula sebaliknya. Kemudian dibuat pula control dengan air.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2004. Biologi campbell edisi kelima jilid III. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Djamal Irwan, Zoer’aini. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara

Hanum, Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press

Resosoedarmo, S., K. Kartawinata, A. Soegiarto. 2006. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Rosdakarya.

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar - Dasar Ekologi. Jakarta: UI Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar