Jumat, 12 September 2014

SIKLUS HIDROKARBON


LAPORAN PRAKTIKUM 4
EKOLOGI
Siklus Hidrologi
Disusun untuk memenuhi tugas individu dalam praktikum Ekologi
Dosen pengampu        :  Dr. Dewi Cahyani, M.Pd




Di susun Oleh :
Nama                    :  Fajar Permana
NIM                      :  14111610016
Kelompok             :  2
Kelas/semester      :  Biologi A/5
Asisten Praktikum:  Muh. Sofwatun Halim
                                 Siti Nurhalimah

LABORATORIUM IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon
2013

Acara Praktikum 4
Siklus Hidrologi
A.    Tujuan Praktikum
a)      Mahasiswa lebih terampil mengukur volume air yang dapat di evapotranspirasi oleh tumbuhan.
b)      Mahasiswa dapat menafsirkan bahwa proses evapotranspirasi merupakan salah satu fase terjadinya siklus hidrologi.
B.     Landasan Teori
Dalam memahami ekosistem,peranan air tidak bisa diabaikan begitu saja. Air yang terus menerus bersiklus di alam ini memberi dampak  yang  khas terhadap semua tempat yang di lalui. Siklus hidrologi pada dasarnya merupakan sirkulasi air dari lautan ke udara sampai ke laut kembali. Salah satu fase terjadinya siklus hidrologi adalah evapotranspirasi. Dalam kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa memahami bahwa evapotranspirasi berperanan dalam proses siklus hidrologi.
Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai bagian dari factor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan organ tumbuhan. Jumlah uap air di udara dapat mempengaruhi laju evaporasi dan  transpirasi. Evaporasi merupakan salah satu proses untuk terjadinya kehilangan air dari suatu ekosistem yaitu sebagai gabungan dari proses penguapan dari komponen nonhidup dan transpirasi oleh tumbuhan (Campbell. 2004)
Evaporasi atau Penguapan adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal pada daun (transpirasi) maupun secara eksternal pada permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan angin yang secara drastis akan mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih rendah.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan menguap (Djamal Irwan. 2007)
Evaporasi merupakan salah satu proses yang ada dalam siklus hidrolologi, dimana proses evaporasi sangat berperan, karena evaporasi atau Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya. 
Air pada sungai akan berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini nampak kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi.
Sebagaimana dapat dilihat dari Gambar dan penjelasan singkat tentang Siklus hidrologi di atas, tangkapan daerah aliran sungai terhadap presipitasi merupakan keluaran dari saling-tindak semua proses ini. Limpasan nampak pada sistem yang sangat kompleks setelah pelintasan presipitasi melalui beberapa langkah penyimpanan dan transfer. Kompleksitas ini meningkat dengan keragaman areal Hydrila sp, formasi-formasi geologi, kondisi tanah dan di samping ini juga keragaman-keragaman areal waktu dari faktor-faktor iklim
Uap air yang telah menguap dari teh panas terkondensasi menjadi tetesan air. Gas air Gas air tidak terlihat, tetapi awan tetesan air adalah petunjuk dari penguapan yang diikuti oleh kondensasi. Dua unsur utama dalam evaporasi adalah Radiasi matahari dan ketersedian air.
Radiasi matahari, sebagian radiasi gelombang pendek (shortwave radiation) matahari akan di ubah menjadi energy panas di dalam tanaman, air, dan tanah. Energi panas tersebut akan menghangatkan udara di sekitar nya. Panas yang di pakai untuk menghangat kan partikel-partikel berbagai material di udara tanpa mengubah partikel tersebut di namakan panas tampak (sensible heat). Sebagian energy matahari akan di ubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah. Hal panas tampak (sensible heat). Sebagian energy matahari akan di ubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah. Hal ini menyebabakan udara di atas permukaan tanah jenuh, sehingga mempertahan kan tekanan uapa air yang tinggi pada permukaan bidang evaporasi.
Ketersediaan air, melibatkan jumlah air yag ada dan juga persediaan air yang siap untuk terjadinya evaporasi. Permukaan bidang evaporasi yang kasar akan memberikan laju evaporasi yang lebih tinggi dari pada bidang permukaan rata karena pada biding permukaan yang lebih kasar besar nya turbulent meningkat.
Faktor – faktor penentu evaporasi : Pada kedua proses evaporasi diatas terjadi proses-proses fisika,yakni terjadinya perubahan bentuk dari zat cair menjadi gas.faktor-faktor tersebut adalah;
Panas, Panas di perlukan untuk berlangsung nya perubahan bentukdari zat cair ke gas secara alamiah matahari menjadi sumber energy panas.
Suhu udara, permukaan bidang penguapan (air, vegetasi, dan tanah), dan energy panas matahari Makin tinggi suhu udara di atas permukaan bidang penguapan, makin mudah terjadi perubahan bentuk dari zat cair menjadi gas. Dengan demikian, laju evaprotranspirasi menjadi lebih besar di daerah tropic dari pada adaerah beriklim sedang. Perbedaan laju evaprotranspirasi yang sama juga di jumpai di daerah tropic pada musim kering dan musim basah.
Kapasitas kadar air dalam udara, kapasitas kadara air dalam udara secara langsung dipengaruhi oleh tinggi rendah nya suhu di tempat tersebt. Besar nya kadar air dalam udara di suatu tempat di tentukan oleh tekanan uap air, ea (vapour preassure) yang ada di tempat tersebut proses evaporasi tergantung pada deficit tekanan uap tekanan uap jenuh air, Dvp, di udara atau jumlah uap air yang dapat di serap oleh udara sebelum udara tersebut menjadi jenuh. Sehingga, evaporasi lebih lebih kering dari pada di daerah pantai yang lembab karena penguapan dari permukaan air laut.
Kecepatan angin, ketika penguapan berlangsung, udara di atas permukaan bidang penguapan secara bertahap menjadi lebih lembab, sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh dan tidak mampu menampung uap air lagi. Pada tahap ini, udara jenuh di atas permukaan bidang penguapan tersebut akan berpindah ke tempat lain akibat beda tekanan dan kerapatan udara dengan demikian, proses penguapan air dari bidang penguapan tersebut akan berlangsung secara terus menerus.
Bidang permukaan, secara alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi proses evapaorasi melalui perubahan pola perilaku angin, pada bidang permukaan yang kasar atau tidak beraturan, kecepatan angin akan berkurang oleh adanya proses gesekan. Tapi, pada tingkat tertentu, permukaan bidang penguapan yang kasar juga dapat menimbulkan gerakan angin berputar (turbulent) yang dapat memperbesar evaporasi. Pada bidang permukaan air yang luas, angin kencang juga dapat menimbulkan gelombang air besar dan dapat mempercepat terjadinya evaprotranspirasi (Chairani. 2009).

C.    Alat dan Bahan
a)      Cawan petri
b)      Gelas ukur 100 ml dan 500 ml
c)      Bak plastic
d)     Timer
e)      Tumbuhan air Hydrilla sp

D.    Prosedur Kerja
Variable pengamatan yang di ukur dalam kegiatan ini adalah penambahan berat tanaman,tanaman dalam medium tumbuh,dan pengurangan volume air akibat adanya evapotranspirasi.
Tanaman akuatik
1.      Disiapkan beberapa cawan petri kering yang telah diketahui beratnya,dan siapkan juga beberapa tanaman air yaitu Hydrila sp.
2.      Diisi cawan-cawan petri tadi dengan sejumlah air dan beri perlakuan sebagai berikut:
§  Cawan pertama hanya diberi air
§  Cawan kedua diisi air dan masukan tanaman air sehingga penutupannya sekitar 10%
§  Cawan ketiga berisi air dan tanaman air dengan penutupan 25%
§  Cawan ke empat berisi air dan tanaman air dengan penutupan 50%
§  Cawan kelima berisi air tanaman air dengan penutupan 75%
3.      Timbanglah kelima cawan petri sebelum pengamatan dimulai.
4.      Dedahkan ditempat terbuka selama 30 menit kemudian timbanglah kembali setiap cawan dengan hati-hati.
5.      Setelah penimbangan isilah setiap cawan dengan air sehingga beratnya sama dengan berat penimbangan pertama.
6.      Lakukan pengamatan sebanyak 5 kali.
7.      Setelah pengamatan selesai timbanglah tanaman air segar (yang telah di isap dengan kertas penghisap) untuk setiap cawan tadi.

E.  Hasil Pengamatan
Berat
Berat Awal
Berat Akhir
Kontrol
75%
50%
25%
10%
Kontrol
75%
50%
25%
10%
Jam Pertama
45gr
63gr
50gr
55gr
50,7gr
43,6gr
60,8gr
48,4gr
53gr
49gr
Jam Kedua
45gr
63gr
50gr
55gr
50,7gr
44,7gr
61,3gr
48,9gr
53,7gr
49,5gr
Jam Ketiga
45gr
63gr
50gr
55gr
50,7gr
43,2gr
62,4gr
49,1gr
54,2gr
49,9gr
Jam Keempat
45gr
63gr
50gr
55gr
50,7gr
44,1gr
61,9gr
48,5gr
54,6gr
49,6gr
Jam Kelima
45gr
63gr
50gr
55gr
50,7gr
43,7gr
61,2gr
48,3gr
53,6gr
49,4gr
Rata-rata





43,86gr
61,52gr
48,64gr
53,82gr
49,48gr
Pengurangan





1,14gr
1,48gr
1,36gr
1,18gr
1,22gr
Berat Segar





-
6,1gr
3,8gr
1,9gr
1,2gr
Tabel. Pengamatan siklus hidrologi dengan tanaman air Hydrila sp



F.   Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai siklus yang dilakukan dengan mengisi cawan petri dengan air dan tanaman ait Hydrila sp dengan Cawan pertama hanya diberi air, Cawan kedua diisi air dan masukan tanaman air sehingga penutupannya sekitar 10%, Cawan ketiga berisi air dan tanaman air dengan penutupan 25%, Cawan ke empat berisi air dan tanaman air dengan penutupan 50% dan Cawan kelima berisi air tanaman air dengan penutupan 75% yang tujuannya sebagai pembuktian adanya proses evatranspirasi sebagai bentuk dari siklus hidrologi. Siklus hidrologi pada dasarnya merupakan sirkulasi air dari lautan ke udara sampai ke laut kembali. Salah satu fase terjadinya siklus hidrologi adalah evapotranspirasi  (Resosoedarmo.2003).
Pengamatan ini menunjukkan hasil yang berbeda dari kelima cawan petri sebagai sampel ini. Cawan pertama hanya diberi air atau disebut pula sebagai control dengan berat awal 45gr memiliki perubahan berat pada 30 menit pertama volumenya 43,6gr, setelah itu dikembalikan pada berat awal yaitu 45 gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam kedua menunjukan berat  44,7gr, setelah itu dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 45 gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam ketiga 43,2gr, setelah itu dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 45 gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam keempat 44,1gr, dan kemudian dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 45 gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam 43,7gr. Rata-rata berat cawannya yaitu 43,86gr sedangkan rata-rata pengurangannya 1,14gr.
Cawan kedua menunjukan hasil yang berbeda, cawan ini diisi air dan masukan tanaman air sehingga penutupannya sekitar 10% berat awal 50,7gr memiliki perubahan berat pada 30 menit pertama volumenya 49gr, setelah itu dikembalikan pada berat awal yaitu 50,7gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam kedua menunjukan berat  49,5gr, setelah itu dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 50,7gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam ketiga 49,9gr, setelah itu dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 50,7gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam keempat 49,6gr, dan kemudian dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 50,7gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam 49,4gr. Rata-rata berat cawannya yaitu 49,48gr sedangkan rata-rata pengurangan airnya 1,22gr. Hydrila sp setelah pengamatan beratnya yaitu 1,2 gram yang lebih berat dari sebelumnya karena didalamnya kandungan air lebih banyak dari sebelumnya akibat dielupkan kedalam air pada cawan petri.
Cawan ketiga menunjukan hasil yang berbeda, cawan ini diisi air dan masukan tanaman air sehingga penutupannya sekitar 25% berat awal 55gr memiliki perubahan berat pada 30 menit pertama volumenya 53gr, setelah itu dikembalikan pada berat awal yaitu 55gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam kedua menunjukan berat  53,7gr, setelah itu dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 55gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam ketiga 54,2gr, setelah itu dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 55gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam keempat 54,6gr, dan kemudian dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 55gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam 53,6gr. Rata-rata berat cawannya yaitu 53,82gr sedangkan rata-rata pengurangan airnya 1,19gr. Hydrila sp setelah pengamatan beratnya yaitu 1,9 gram yang lebih berat dari sebelumnya karena didalamnya kandungan air lebih banyak dari sebelumnya akibat dielupkan kedalam air pada cawan petri.
Cawan keempat menunjukan hasil yang berbeda, cawan ini diisi air dan masukan tanaman air sehingga penutupannya sekitar 50% berat awal 50gr memiliki perubahan berat pada 30 menit pertama volumenya 48,4gr  , setelah itu dikembalikan pada berat awal yaitu 50gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam kedua menunjukan berat  48,9gr, setelah itu dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 50gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam ketiga 49,1 gr, setelah itu dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 50gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam keempat 48,5gr, dan kemudian dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 50gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam 48,3gr. Rata-rata berat cawannya yaitu 48,64gr sedangkan rata-rata pengurangan airnya 1,36gr. Hydrila sp setelah pengamatan beratnya yaitu 3,8 gram yang lebih berat dari sebelumnya karena didalamnya kandungan air lebih banyak dari sebelumnya akibat dielupkan kedalam air pada cawan petri.
Cawan kelima menunjukan hasil yang sangat berbeda, cawan ini diisi air dan masukan tanaman air sehingga penutupannya sekitar 75% berat awal 63gr memiliki perubahan berat pada 30 menit pertama volumenya 60,8gr, setelah itu dikembalikan pada berat awal yaitu 63gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam kedua menunjukan berat  61,3gr, setelah itu dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 63gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam ketiga 62,4gr, setelah itu dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 63gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam keempat 61,9gr, dan kemudian dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 63gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam 61,2gr. Rata-rata berat cawannya yaitu 51,52gr sedangkan rata-rata pengurangan airnya 1,48gr. Hydrila sp setelah pengamatan beratnya yaitu 6,1 gram yang lebih berat dari sebelumnya karena didalamnya kandungan air lebih banyak dari sebelumnya akibat dielupkan kedalam air pada cawan petri.
Pengurangan volume air dalam cawan tersebut akibat adanya proses evatranspirasi dari air pada cawan karena adanya siklus hidrologi, banyak tidaknya air yang terevatranspirasi terjadi karena banyak tidaknya Hydrila sp dalam cawan tersebut yang terdiri dan juga kuat tidaknya penyinaran matahari, dari kelima cawan yang terdiri dari; Cawan pertama hanya diberi air, Cawan kedua diisi air dan masukan tanaman air sehingga penutupannya sekitar 10%, Cawan ketiga berisi air dan tanaman air dengan penutupan 25%, Cawan ke empat berisi air dan tanaman air dengan penutupan 50% dan Cawan kelima berisi air tanaman air dengan penutupan 75%. Semakin banyak Hydrila sp maka semakin banyak air yang teruap peristiwa ini merupakan peristiwa kimiawi yang disebut translasi sedangkan semakin kuat penyinaran semakin banyak air cawan yang menguap peristiwa ini merupakan peristiwa fisis yang disebut evaporasi. Sehingga peristiwa evatranspirasi terdiri dari factor evaporasi dan translasi. Evaporasi merupakan salah satu proses untuk terjadinya kehilangan air dari suatu ekosistem yaitu sebagai gabungan dari proses penguapan dari komponen nonhidup dan transpirasi oleh tumbuhan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi evapotranspirasi adalah memasukan energy, pergerakan udara, dan bentuk vegetasi. Energy di perlukan untuk evaporasi yang utamanya berasal dari energy surya, jumlah energy ini erat kaitannya dengan jumlah kehilangan air dari ekosistem. Angin mengerakkan air dan menghambat kejenuhan atmosfer dari uap air ini. Pergerakkan uap air ini akan memberi kemungkinan lebih banyak lagi terjadinya evapotranspirasi (Resosoedarmo.2006)




G.      Kesimpulan
Berdasarkan data pengamatan yang dikuatkan dengan pembahasan dapat disimpulkan bahwa;
Þ  Siklus hidrologi pada dasarnya merupakan sirkulasi air dari lautan ke udara sampai ke laut kembali. Salah satu fase terjadinya siklus hidrologi adalah evapotranspirasi.
Þ  Proses evatranspirasi yang tinggi terjadi karena adanya proses translasi dan evaoprasi yang tinggi ditandai dengan semakin banyak Hydrila sp maka semakin banyak air yang teruap (translasi) sedangkan semakin kuat penyinaran semakin banyak air cawan yang menguap (evaporasi).
Þ  Proses evatranspirasi tertinggi terjadi pada cawan petri kelima yang memiliki Hydrila sp sebanyak 75% yang memiliki rata-rata berat cawannya yaitu 51,52gr setelah dijemur sedangkan rata-rata pengurangan airnya 1,48gr. Hydrila sp setelah pengamatan beratnya yaitu 6,1 gram yang lebih berat dari sebelumnya karena didalamnya kandungan air lebih banyak dari sebelumnya akibat dielupkan kedalam air pada cawan petri.
Þ  Proses evatranspirasi terendah pada cawan petri pertama karena hanya terdiri dari air sehinggi proses penguapanya terjadi hanya secara fisis melalui sinar matahari (evaporasi), cawan ini mempunyai rata-rata berat cawan petri  43,86gr sedangkan rata-rata pengurangan airnya 1,14gr  akibat penyinaran matahari.



DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2004. Biologi campbell edisi kelima jilid III. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Djamal Irwan, Zoer’aini. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara

Hanum, Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press

Resosoedarmo, S., K. Kartawinata, A. Soegiarto. 2006. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Rosdakarya.

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar - Dasar Ekologi. Jakarta: UI Press.