LAPORAN PRAKTIKUM 4
EKOLOGI
Siklus Hidrologi
Disusun untuk memenuhi tugas individu dalam praktikum Ekologi
Dosen pengampu : Dr. Dewi Cahyani, M.Pd
Di susun Oleh :
Nama : Fajar Permana
NIM : 14111610016
Kelompok : 2
Kelas/semester : Biologi A/5
Asisten Praktikum: Muh. Sofwatun
Halim
Siti
Nurhalimah
LABORATORIUM IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon
2013
Acara Praktikum 4
Siklus Hidrologi
A.
Tujuan
Praktikum
a)
Mahasiswa lebih terampil mengukur volume air
yang dapat di evapotranspirasi oleh tumbuhan.
b) Mahasiswa
dapat menafsirkan bahwa proses evapotranspirasi merupakan salah satu fase
terjadinya siklus hidrologi.
B.
Landasan
Teori
Dalam memahami
ekosistem,peranan air tidak bisa diabaikan begitu saja. Air yang terus menerus
bersiklus di alam ini memberi dampak yang khas terhadap
semua tempat yang di lalui. Siklus hidrologi pada dasarnya merupakan sirkulasi
air dari lautan ke udara sampai ke laut kembali. Salah satu fase terjadinya
siklus hidrologi adalah evapotranspirasi. Dalam kegiatan ini bertujuan agar
mahasiswa memahami bahwa evapotranspirasi berperanan dalam proses siklus
hidrologi.
Bagi tumbuhan air adalah
penting karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai
bagian dari factor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perubahan struktur dan organ tumbuhan. Jumlah uap air di udara dapat
mempengaruhi laju evaporasi dan transpirasi. Evaporasi merupakan
salah satu proses untuk terjadinya kehilangan air dari suatu ekosistem yaitu
sebagai gabungan dari proses penguapan dari komponen nonhidup dan transpirasi
oleh tumbuhan (Campbell. 2004)
Evaporasi atau Penguapan adalah proses
perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi
gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya
penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika
terpapar pada gas dengan volume signifikan. Evaporasi merupakan proses fisis
perubahan cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila air cair berhubungan
dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal pada daun (transpirasi)
maupun secara eksternal pada permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan
yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan
angin yang secara drastis akan mengurangi evaporasi pada tingkat yang lebih
rendah.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang
cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap
dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar
energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan.
Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul
mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini
terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas
dan menguap (Djamal Irwan. 2007)
Evaporasi merupakan salah satu proses yang
ada dalam siklus hidrolologi, dimana proses evaporasi sangat berperan, karena
evaporasi atau Penguapan adalah bagian esensial dari siklus air. Energi surya
menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya.
Air pada sungai akan berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini nampak kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi.
Sebagaimana dapat dilihat dari Gambar dan penjelasan singkat tentang Siklus hidrologi di atas, tangkapan daerah aliran sungai terhadap presipitasi merupakan keluaran dari saling-tindak semua proses ini. Limpasan nampak pada sistem yang sangat kompleks setelah pelintasan presipitasi melalui beberapa langkah penyimpanan dan transfer. Kompleksitas ini meningkat dengan keragaman areal Hydrila sp, formasi-formasi geologi, kondisi tanah dan di samping ini juga keragaman-keragaman areal waktu dari faktor-faktor iklim
Air pada sungai akan berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini nampak kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi.
Sebagaimana dapat dilihat dari Gambar dan penjelasan singkat tentang Siklus hidrologi di atas, tangkapan daerah aliran sungai terhadap presipitasi merupakan keluaran dari saling-tindak semua proses ini. Limpasan nampak pada sistem yang sangat kompleks setelah pelintasan presipitasi melalui beberapa langkah penyimpanan dan transfer. Kompleksitas ini meningkat dengan keragaman areal Hydrila sp, formasi-formasi geologi, kondisi tanah dan di samping ini juga keragaman-keragaman areal waktu dari faktor-faktor iklim
Uap air yang telah menguap dari teh panas
terkondensasi menjadi tetesan air. Gas air Gas air tidak terlihat, tetapi awan
tetesan air adalah petunjuk dari penguapan yang diikuti oleh kondensasi. Dua
unsur utama dalam evaporasi adalah Radiasi
matahari dan ketersedian air.
Radiasi matahari, sebagian radiasi gelombang
pendek (shortwave radiation) matahari akan di ubah menjadi energy panas di
dalam tanaman, air, dan tanah. Energi panas tersebut akan menghangatkan udara
di sekitar nya. Panas yang di pakai untuk menghangat kan partikel-partikel
berbagai material di udara tanpa mengubah partikel tersebut di namakan panas
tampak (sensible heat). Sebagian energy matahari akan di ubah menjadi tenaga
mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan perputaran udara dan uap air di
atas permukaan tanah. Hal panas tampak (sensible heat). Sebagian energy
matahari akan di ubah menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan
menyebabkan perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah. Hal ini
menyebabakan udara di atas permukaan tanah jenuh, sehingga mempertahan kan
tekanan uapa air yang tinggi pada permukaan bidang evaporasi.
Ketersediaan air, melibatkan jumlah air yag
ada dan juga persediaan air yang siap untuk terjadinya evaporasi. Permukaan
bidang evaporasi yang kasar akan memberikan laju evaporasi yang lebih tinggi
dari pada bidang permukaan rata karena pada biding permukaan yang lebih kasar
besar nya turbulent meningkat.
Faktor – faktor penentu evaporasi : Pada kedua
proses evaporasi diatas terjadi proses-proses fisika,yakni terjadinya perubahan
bentuk dari zat cair menjadi gas.faktor-faktor tersebut adalah;
Panas, Panas di perlukan untuk
berlangsung nya perubahan bentukdari zat cair ke gas secara alamiah matahari
menjadi sumber energy panas.
Suhu udara, permukaan bidang penguapan (air, vegetasi, dan tanah), dan energy panas matahari Makin tinggi suhu udara di atas permukaan bidang penguapan, makin mudah terjadi perubahan bentuk dari zat cair menjadi gas. Dengan demikian, laju evaprotranspirasi menjadi lebih besar di daerah tropic dari pada adaerah beriklim sedang. Perbedaan laju evaprotranspirasi yang sama juga di jumpai di daerah tropic pada musim kering dan musim basah.
Suhu udara, permukaan bidang penguapan (air, vegetasi, dan tanah), dan energy panas matahari Makin tinggi suhu udara di atas permukaan bidang penguapan, makin mudah terjadi perubahan bentuk dari zat cair menjadi gas. Dengan demikian, laju evaprotranspirasi menjadi lebih besar di daerah tropic dari pada adaerah beriklim sedang. Perbedaan laju evaprotranspirasi yang sama juga di jumpai di daerah tropic pada musim kering dan musim basah.
Kapasitas kadar air dalam udara, kapasitas
kadara air dalam udara secara langsung dipengaruhi oleh tinggi rendah nya suhu
di tempat tersebt. Besar nya kadar air dalam udara di suatu tempat di tentukan
oleh tekanan uap air, ea (vapour preassure) yang ada di tempat tersebut proses
evaporasi tergantung pada deficit tekanan uap tekanan uap jenuh air, Dvp, di
udara atau jumlah uap air yang dapat di serap oleh udara sebelum udara tersebut
menjadi jenuh. Sehingga, evaporasi lebih lebih kering dari pada di daerah
pantai yang lembab karena penguapan dari permukaan air laut.
Kecepatan angin, ketika
penguapan berlangsung, udara di atas permukaan bidang penguapan secara bertahap
menjadi lebih lembab, sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh dan tidak
mampu menampung uap air lagi. Pada tahap ini, udara jenuh di atas permukaan
bidang penguapan tersebut akan berpindah ke tempat lain akibat beda tekanan dan
kerapatan udara dengan demikian, proses penguapan air dari bidang penguapan
tersebut akan berlangsung secara terus menerus.
Bidang permukaan, secara
alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi proses evapaorasi melalui
perubahan pola perilaku angin, pada bidang permukaan yang kasar atau tidak
beraturan, kecepatan angin akan berkurang oleh adanya proses gesekan. Tapi,
pada tingkat tertentu, permukaan bidang penguapan yang kasar juga dapat
menimbulkan gerakan angin berputar (turbulent) yang dapat memperbesar
evaporasi. Pada bidang permukaan air yang luas, angin kencang juga dapat
menimbulkan gelombang air besar dan dapat mempercepat terjadinya
evaprotranspirasi (Chairani. 2009).
C.
Alat
dan Bahan
a)
Cawan petri
b)
Gelas ukur 100 ml dan 500 ml
c)
Bak plastic
d)
Timer
e)
Tumbuhan air Hydrilla sp
D.
Prosedur
Kerja
Variable
pengamatan yang di ukur dalam kegiatan ini adalah penambahan berat
tanaman,tanaman dalam medium tumbuh,dan pengurangan volume air akibat adanya
evapotranspirasi.
Tanaman akuatik
1.
Disiapkan beberapa cawan petri kering yang
telah diketahui beratnya,dan siapkan juga beberapa tanaman air yaitu Hydrila sp.
2.
Diisi cawan-cawan petri tadi dengan sejumlah
air dan beri perlakuan sebagai berikut:
§ Cawan
pertama hanya diberi air
§ Cawan
kedua diisi air dan masukan tanaman air sehingga penutupannya sekitar 10%
§ Cawan
ketiga berisi air dan tanaman air dengan penutupan 25%
§ Cawan
ke empat berisi air dan tanaman air dengan penutupan 50%
§ Cawan
kelima berisi air tanaman air dengan penutupan 75%
3.
Timbanglah kelima cawan petri sebelum
pengamatan dimulai.
4. Dedahkan
ditempat terbuka selama 30 menit kemudian timbanglah kembali setiap cawan
dengan hati-hati.
5. Setelah
penimbangan isilah setiap cawan dengan air sehingga beratnya sama dengan berat
penimbangan pertama.
6. Lakukan
pengamatan sebanyak 5 kali.
7. Setelah
pengamatan selesai timbanglah tanaman air segar (yang telah di isap dengan
kertas penghisap) untuk setiap cawan tadi.
E. Hasil Pengamatan
Berat
|
Berat Awal
|
Berat Akhir
|
||||||||
Kontrol
|
75%
|
50%
|
25%
|
10%
|
Kontrol
|
75%
|
50%
|
25%
|
10%
|
|
Jam Pertama
|
45gr
|
63gr
|
50gr
|
55gr
|
50,7gr
|
43,6gr
|
60,8gr
|
48,4gr
|
53gr
|
49gr
|
Jam Kedua
|
45gr
|
63gr
|
50gr
|
55gr
|
50,7gr
|
44,7gr
|
61,3gr
|
48,9gr
|
53,7gr
|
49,5gr
|
Jam Ketiga
|
45gr
|
63gr
|
50gr
|
55gr
|
50,7gr
|
43,2gr
|
62,4gr
|
49,1gr
|
54,2gr
|
49,9gr
|
Jam Keempat
|
45gr
|
63gr
|
50gr
|
55gr
|
50,7gr
|
44,1gr
|
61,9gr
|
48,5gr
|
54,6gr
|
49,6gr
|
Jam Kelima
|
45gr
|
63gr
|
50gr
|
55gr
|
50,7gr
|
43,7gr
|
61,2gr
|
48,3gr
|
53,6gr
|
49,4gr
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
43,86gr
|
61,52gr
|
48,64gr
|
53,82gr
|
49,48gr
|
Pengurangan
|
|
|
|
|
|
1,14gr
|
1,48gr
|
1,36gr
|
1,18gr
|
1,22gr
|
Berat Segar
|
|
|
|
|
|
-
|
6,1gr
|
3,8gr
|
1,9gr
|
1,2gr
|
Tabel.
Pengamatan siklus hidrologi dengan tanaman air Hydrila sp
F.
Pembahasan
Praktikum kali ini
mengenai siklus yang dilakukan dengan mengisi cawan petri dengan air dan
tanaman ait Hydrila sp dengan Cawan
pertama hanya diberi air, Cawan kedua diisi air dan masukan tanaman air
sehingga penutupannya sekitar 10%, Cawan ketiga berisi air dan tanaman air
dengan penutupan 25%, Cawan ke empat berisi air dan tanaman air dengan
penutupan 50% dan Cawan kelima berisi air tanaman air dengan penutupan 75% yang
tujuannya sebagai pembuktian adanya proses evatranspirasi sebagai bentuk dari
siklus hidrologi. Siklus hidrologi pada dasarnya merupakan sirkulasi air
dari lautan ke udara sampai ke laut kembali. Salah satu fase terjadinya siklus
hidrologi adalah evapotranspirasi (Resosoedarmo.2003).
Pengamatan ini menunjukkan
hasil yang berbeda dari kelima cawan petri sebagai sampel ini. Cawan pertama
hanya diberi air atau disebut pula sebagai control dengan berat awal 45gr
memiliki perubahan berat pada 30 menit pertama volumenya 43,6gr, setelah itu
dikembalikan pada berat awal yaitu 45 gr kemudian dijemur kembali untuk
terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam kedua menunjukan
berat 44,7gr, setelah itu dikembalikan
kembali pada berat awal yaitu 45 gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya
proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam ketiga 43,2gr, setelah itu
dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 45 gr kemudian dijemur kembali untuk
terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam keempat 44,1gr, dan
kemudian dikembalikan kembali pada berat awal yaitu 45 gr kemudian dijemur
kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi setelah 30 menit pada jam 43,7gr.
Rata-rata berat cawannya yaitu 43,86gr sedangkan rata-rata pengurangannya
1,14gr.
Cawan kedua menunjukan
hasil yang berbeda, cawan ini diisi air dan masukan tanaman air sehingga
penutupannya sekitar 10% berat awal 50,7gr memiliki
perubahan berat pada 30 menit pertama volumenya 49gr, setelah itu dikembalikan
pada berat awal yaitu 50,7gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam kedua menunjukan berat 49,5gr, setelah itu dikembalikan kembali pada
berat awal yaitu 50,7gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam ketiga 49,9gr, setelah itu dikembalikan kembali pada
berat awal yaitu 50,7gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam keempat 49,6gr, dan kemudian dikembalikan kembali
pada berat awal yaitu 50,7gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam 49,4gr. Rata-rata berat cawannya yaitu 49,48gr
sedangkan rata-rata pengurangan airnya 1,22gr. Hydrila sp setelah pengamatan
beratnya yaitu 1,2 gram yang lebih berat dari sebelumnya karena didalamnya
kandungan air lebih banyak dari sebelumnya akibat dielupkan kedalam air pada
cawan petri.
Cawan ketiga menunjukan
hasil yang berbeda, cawan ini diisi air dan masukan tanaman air sehingga
penutupannya sekitar 25% berat awal 55gr memiliki perubahan
berat pada 30 menit pertama volumenya 53gr, setelah itu dikembalikan pada berat
awal yaitu 55gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam kedua menunjukan berat 53,7gr, setelah itu dikembalikan kembali pada
berat awal yaitu 55gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam ketiga 54,2gr, setelah itu dikembalikan kembali pada
berat awal yaitu 55gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam keempat 54,6gr, dan kemudian dikembalikan kembali
pada berat awal yaitu 55gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam 53,6gr. Rata-rata berat cawannya yaitu 53,82gr sedangkan
rata-rata pengurangan airnya 1,19gr. Hydrila sp setelah pengamatan beratnya
yaitu 1,9 gram yang lebih berat dari sebelumnya karena didalamnya kandungan air
lebih banyak dari sebelumnya akibat dielupkan kedalam air pada cawan petri.
Cawan keempat menunjukan
hasil yang berbeda, cawan ini diisi air dan masukan tanaman air sehingga
penutupannya sekitar 50% berat awal 50gr memiliki perubahan
berat pada 30 menit pertama volumenya 48,4gr , setelah itu dikembalikan pada
berat awal yaitu 50gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam kedua menunjukan berat 48,9gr, setelah itu dikembalikan kembali pada
berat awal yaitu 50gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam ketiga 49,1 gr, setelah itu dikembalikan kembali pada
berat awal yaitu 50gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam keempat 48,5gr, dan kemudian dikembalikan kembali
pada berat awal yaitu 50gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam 48,3gr. Rata-rata berat cawannya yaitu 48,64gr
sedangkan rata-rata pengurangan airnya 1,36gr. Hydrila sp setelah pengamatan
beratnya yaitu 3,8 gram yang lebih berat dari sebelumnya karena didalamnya
kandungan air lebih banyak dari sebelumnya akibat dielupkan kedalam air pada
cawan petri.
Cawan kelima menunjukan
hasil yang sangat berbeda, cawan ini diisi air dan masukan tanaman air sehingga
penutupannya sekitar 75% berat awal 63gr memiliki perubahan
berat pada 30 menit pertama volumenya 60,8gr, setelah itu dikembalikan pada
berat awal yaitu 63gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam kedua menunjukan berat 61,3gr, setelah itu dikembalikan kembali pada
berat awal yaitu 63gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam ketiga 62,4gr, setelah itu dikembalikan kembali pada
berat awal yaitu 63gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam keempat 61,9gr, dan kemudian dikembalikan kembali
pada berat awal yaitu 63gr kemudian dijemur kembali untuk terjadinya proses evatranspirasi
setelah 30 menit pada jam 61,2gr. Rata-rata berat cawannya yaitu 51,52gr
sedangkan rata-rata pengurangan airnya 1,48gr. Hydrila sp setelah pengamatan
beratnya yaitu 6,1 gram yang lebih berat dari sebelumnya karena didalamnya
kandungan air lebih banyak dari sebelumnya akibat dielupkan kedalam air pada
cawan petri.
Pengurangan volume air
dalam cawan tersebut akibat adanya proses evatranspirasi dari air pada cawan
karena adanya siklus hidrologi, banyak tidaknya air yang terevatranspirasi
terjadi karena banyak tidaknya Hydrila sp
dalam cawan tersebut yang terdiri dan juga kuat tidaknya penyinaran matahari,
dari kelima cawan yang terdiri dari; Cawan pertama hanya diberi air, Cawan
kedua diisi air dan masukan tanaman air sehingga penutupannya sekitar 10%, Cawan
ketiga berisi air dan tanaman air dengan penutupan 25%, Cawan ke empat berisi
air dan tanaman air dengan penutupan 50% dan Cawan kelima berisi air tanaman
air dengan penutupan 75%. Semakin banyak Hydrila
sp maka semakin banyak air yang teruap peristiwa ini merupakan peristiwa kimiawi
yang disebut translasi sedangkan semakin kuat penyinaran semakin banyak air
cawan yang menguap peristiwa ini merupakan peristiwa fisis yang disebut
evaporasi. Sehingga peristiwa evatranspirasi terdiri dari factor evaporasi dan
translasi. Evaporasi merupakan salah satu proses untuk terjadinya kehilangan air
dari suatu ekosistem yaitu sebagai gabungan dari proses penguapan dari komponen
nonhidup dan transpirasi oleh tumbuhan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
evapotranspirasi adalah memasukan energy, pergerakan udara, dan bentuk vegetasi. Energy di perlukan untuk
evaporasi yang utamanya berasal dari energy surya, jumlah energy ini erat
kaitannya dengan jumlah kehilangan air dari ekosistem. Angin mengerakkan air
dan menghambat kejenuhan atmosfer dari uap air ini. Pergerakkan uap air ini
akan memberi kemungkinan lebih banyak lagi terjadinya evapotranspirasi (Resosoedarmo.2006)
G.
Kesimpulan
Berdasarkan data pengamatan yang dikuatkan dengan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa;
Þ Siklus
hidrologi pada dasarnya merupakan sirkulasi air dari lautan ke udara sampai ke
laut kembali. Salah satu fase terjadinya siklus hidrologi adalah
evapotranspirasi.
Þ Proses
evatranspirasi yang tinggi terjadi karena adanya proses translasi dan evaoprasi
yang tinggi ditandai dengan semakin banyak Hydrila
sp maka semakin banyak air yang teruap (translasi) sedangkan semakin kuat
penyinaran semakin banyak air cawan yang menguap (evaporasi).
Þ Proses
evatranspirasi tertinggi terjadi pada cawan petri kelima yang memiliki Hydrila sp sebanyak 75% yang memiliki
rata-rata berat cawannya yaitu 51,52gr setelah dijemur
sedangkan rata-rata pengurangan airnya 1,48gr. Hydrila sp setelah pengamatan
beratnya yaitu 6,1 gram yang lebih berat dari sebelumnya karena didalamnya
kandungan air lebih banyak dari sebelumnya akibat dielupkan kedalam air pada
cawan petri.
Þ Proses
evatranspirasi terendah pada cawan petri pertama karena hanya terdiri dari air
sehinggi proses penguapanya terjadi hanya secara fisis melalui sinar matahari
(evaporasi), cawan ini mempunyai rata-rata berat cawan petri 43,86gr sedangkan rata-rata pengurangan
airnya 1,14gr akibat penyinaran
matahari.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2004. Biologi campbell edisi kelima
jilid III. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Djamal
Irwan, Zoer’aini. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara
Hanum,
Chairani. 2009. Ekologi Tanaman. Medan: USU Press
Resosoedarmo,
S., K. Kartawinata, A. Soegiarto. 2006. Pengantar
Ekologi. Bandung: Remadja Rosdakarya.
Wirakusumah,
Sambas. 2003. Dasar - Dasar Ekologi. Jakarta: UI Press.